Senin, 24 November 2014

Seiring Berjalannya Waktu ...

Terkadang, seiring dengan berjalannya waktu, ada beberapa orang dalam hidup kita yang akan menjauh dari kehidupan kita dengan sendirinya.

Factor apa yang mempengaruhi itu tidak ada yang tau. Semua berjalan dengan sendirinya. Mengalir bagaikan air hingga menemukan tempat untuk bermuara.

Terkadang, seiring berjalannya waktu, sahabat terdekat pun akan Nampak seperti orang asing.

Hal-hal yang dulu sering kita lakukan bersama bagaikan debu yang di tiupkan angin. Hilang. Pergi. Tidak meninggalkan bekas sedikit pun.

Terkadang, seiring berjalannya waktu, orang yang jaraknya hanya satu meter dari tempat kita berdiri bisa terasa layaknya dipisahkan oleh sebuah jurang yang sangat dalam.

Tidak ada yang tau. Benar-benar tidak ada yang tau mengapa semua itu bisa terjadi.

Tapi, seiring berjalannya waktu, semuanya bisa terjadi.


Minggu, 23 November 2014

Tes Golongan Darah - Part 2

Karena keanehan yang terjadi pada waktu tes pertama, maka guru biologiku menyuruhku untuk melakukan tes golongan darah untuk yang kedua kalinya.

Oh Tuhan ! Aku tidak sanggup. Itu terlalu sakit. Sudah cukup satu kali saja aku melakukan tes itu. Tidak perlu diulang.

Tapi apa daya. Guruku memaksaku untuk melakukan tes ulang karena ingin memastikan apakah aku benar-benar bergolongan darah AB atau bukan. Sebuah keanehan yang membawa derita buatku.

Tapi untungnya, bukan hanya aku yang harus menjalani tes golongan darah untuk kedua kalinya. Semua siswa yang hasil tes golongan darahnya waktu tes pertama adalah AB harus mengikuti tes golongan darah yang kedua. Total semuanya ada 4 orang.

Alhamdulillah. Aku tidak harus menderita sendiri. Masih ada saudara-saudaraku yang bisa menemaniku berbagi sakit.

Dan akhirnya tes pun dimulai. Entah kenapa, tes yang kedua ini perasaanku lebih takut daripada yang pertama (baca di sini) . Seharusnya aku tenang saja karena aku sudah pernah melakukan ini sebelumnya. Tapi rasa sakit waktu pertama kali melakukan tes itu belum hilang dari pikiranku. Dan tampaknya itu membuatku kali ini lebih takut dari sebelumnya.

*pussssssssssssssssssss* ..... dan untuk kedua kalinya jariku kembali ditusuk. Tapi ada hal yang aneh lagi. Rasa sakit kali ini tidak seperti waktu pertama. Rasanya tidak terlalu sakit seperti waktu pertama.

Rugi deh buang-buang tenaga buat teriak-teriak. Tapi tak apa. Kan itu bisa jadi pengalih rasa sakit.

Hasilnya ?

Eng ing eng. Eeeeeennggg ... !!

Dan ternyataa ....

Tralalalalalalala .....

BUUUUMMMM ... !!

Aku bergolongan darah B pemirsa !! Tidak sia-sia aku melakukan tes yang kedua ini. Karena hasilnya berbeda. Seandainya hasilnya tetap sama, maka rugilah aku harus dua kali ditusuk jarum padahalnya hasilnya tetap sama.

Untunglah. Aku anaknya bapak dan mamaku. 

Kamis, 20 November 2014

Tes Golongan Darah - Part 1

Mungkin hari ini akan menjadi salah satu hari yang bersejarah bagiku. Kenapa ? Karena hari ini untuk pertama kalinya aku melakukan tes golongan darah.

Sebenarnya aku tidak perlu melakukan tes itu. Golongan darahku sudah jelas B. Mustahil golongan darahku bukan B, karena kedua orang tua ku golongan darahnya adalah B. Jika golongan darahku bukan B, dapat darimana golongan darah yang lain ?

Tapi karena ini dihitung sebagai tugas praktek, semua siswa harus melakukan tes golongan darah, karena jika tidak maka tidak akan mendapatkan nilai praktek.

Maka hari ini diawali dengan ketegangan yang memenuhi ruangan kelas. 80% dari teman-temanku merasa tegang dan takut karena harus berhadapan dengan jarum. Dan aku salah satunya. Entah apa alasannya, tapi aku mempunyai ketakutan jika harus berhadapan dengan jarum.

Tapi tidak sembarang jarum. Hanya jarum-jarum tertentu saja. Misalnya seperti jarum-jarum yang harus ditusukkan ke tubuh, dan jarum yang digunakan hari ini termasuk salah satunya.

Tes golongan darah pun dimulai. Henry sebagai ketua kelas maju duluan untuk melakukan tes tersebut. Aku sudah uring-uringan di tempat dudukku berharap aku tidak harus melakukan tes tersebut. Rasa sakit ditusuk jarum sudah merasuki pikiranku. Bayangan rasa sakit itu terus mengangguku.

Tanpa ada ekspresi sakit sedikit pun, Henry menusukkan jarum tersebut ke tangannya. Kurang dari dua menit, Henry pun kembali ke tempat duduknya dengan wajah tersenyum. “Relawan” selanjutnya adalah Kiky. Aduh, Kiky yang badannya lebih kecil dari saya saja berani masa saya takut. Masa saya kalah sama Kiky. Itulah yang ada dalam pikiran saya saat melihat Kiky maju ke depan.

Hampir sama dengan Henry, tapi bedanya Kiky agak meringis kesakitan sedikit. Tapi itu hanya sedikit. Teman satu bangku ku, Inna, membisiku, sesudah Kiky aku yang naik. Badan Inna hampir sama besar dengan Kiky. Masa aku kalah dengan yang kecil-kecil ?

Aku pun mengumpulkan keberanianku, walaupun sebenarnya tidak ada sedikitpun yang terkumpul. Tapi dengan mantap aku ucapkan ke Inna, aku maju sesudah kamu.

Dengan menarik napas yang dalam dan menghilangkan sedikit ketegangan, aku pun maju. Sesakit apa sih di tusuk jarum itu ? Palingan gak terlalu sakit. Buktinya tadi Henry, Kiky, dan Inna tidak terlihat kesakitan. Ayolah. Aku pasti bisa. Jarum kecil segitu.

Dengan percaya diri aku pun maju ke depan meja guru. Sesampai di meja guruku, nyaliku kembali ciut. Belum juga ditusuk jarum, baru mau dikasih alcohol aja tanganku udah gemetaran dan takut setengah mati.

Setelah berjuang dan bertarung dengan diri sendiri, akhirnya aku berhasil mencelupkan tanganku ke larutan alcohol 70%. Setelah itu tangan kiri ku di ambil untuk di tusuk dengan jarum.

Oh Tuhan. Saat itu ketakutan mulai muncul lagi. Bayangan akan rasa sakit kembali muncul. Membuatku teriak-teriak histeris, padahal jarumnya belum di tusukkan. Aku tidak sanggup melihat tanganku sendiri di tusuk.

Dan dalam waktu sepersekian detik .... *puuussss* ...... dan tanganku pun ditusuk dengan jarum yang sangat tajam dan kecil. Rasa sakitnya itu, beuh, tidak bisa dibayangkan.

Itu pertama dan aku harap terakhir kalinya aku melakukan tes golongan darah. Sudah cukup satu kali. Aku tidak mau lagi. Terlalu sakit untuk di ulang. Jika saja sakit hati langsung terasa seperti itu, maka hingga detik ini aku tidak akan mau untuk memulai membuka hati lagi dan memulai kisah cinta yang baru.

Bagaimana tidak. Rasa sakit yang langsung seperti itu dapat menimbulkan trauma yang menciptakan memory yang tidak menyenangkan. Sebenarnya sakit hati juga begitu. Tapi entah kenapa sakit hati tidak menimbulkan trauma bagiku.

Back to topic.

Saatnya melihat hasilnya. Aku tidak ingin tanganku tertusuk sia-sia tanpa ada hasil yang dapat dilihat.

Dan hasilnya adalahhh .........

Eng ing eng .........

Mengejutkan ...... !!!

Entah darimana, tapi ajaibnya .......

AKU BERGOLONGAN DARAH AB.

Loh ? Koq bisa ? Apa ini artinya aku bukan anak orang tuaku ?

Ini tidak mungkin ! Tesnya pasti salah ! Ya, pasti ada kesalahan dalam tes ini !

Jika aku bukan anak orangtuaku terus aku anak siapa ? Mungkinkan aku “Puteri Yang Tertukar”?

OH TIDAAAAAKKK .. !!

Oke cukup. Itu lebay. Tapi itulah yang terjadi saat aku mengetahui golongan darahku. Penyakit alayku yang sudah lama tidak kambuh, akibat tes golongan darah ini, penyakit alayku kembali kambuh.

Tapi bagaimana mungkin hal ini bisa terjadi ? Guruku bilang, ini bisa saja terjadi jika terjadi persilangan.

Tapi persilangan dari mana ? Bapakku B, Mamaku B, dan aku AB ? Persilangan dari mana ? B silang B ? Bukankah hasilnya seharusnya tetap sama yaitu B ?

Ah, sudahlah ! Tak apa. Bisa saja kan aku jadi kasus yang langka di dunia dan menjadi terkenal karena fenomena ini. Hehehehe.


Selasa, 18 November 2014

Ketemu Lagi

Entah apa yang berusaha Tuhan tunjukkan kepadaku. Tapi aku sangat bersyukur akan dua hari yang penuh berkah ini. Mungkin ini jawaban dari doaku selama ini. Dua hari berturut-turut aku bisa bertemu dengannya. Walaupun pertemuan itu tidak berlangsung dengan lancar dan tidak sesuai dengan harapanku, tapi itu sudah lebih dari cukup untuk mengobati rindu yang tak tertahankan yang ada di hati ini.

Ya, hari ini aku pergi lagi ke pesantren. Hanya untuk dapat bertemu dengannya. Tapi aku hanya bisa bertemu dengannya di saat-saat terakhir sebelum aku pulang. Waktu menghalangi kami untuk dapat mengobrol lebih intens.

Hanya percakapan seperlunya yang sebenarnya tidak perlu. Ya, percakapan yang tadi berlangsung di antara kami bukanlah percakapan yang seharusnya yang dilakukan oleh sejoli yang sedang di landa rindu yang berkepanjangan.

Yang tadi kami bicarakan sebenarnya adalah pembicaraan yang sudah kami bicarakan di telpon. Tapi mungkin karena sudah tidak ada topic lain yang dapat kami bahas, daripada pertemuan itu hanya lewat begitu saja tanpa ada satu pun dari kami yang berani untuk memulai percakapan, maka dia mengangkat pembicaraan yang bisa di bilang sudah basi dan tidak perlu di bahas lagi.

Bagaikan ada jurang yang memisahkan kami. Padahal kami hanya terpisah sejauh dua meter, tapi itu terasa sangat jauh. Aku ingin lebih dekat dari itu. Tapi ada suatu hal yang aku tidak tau yang membuatku bertahan di jarak tersebut dan tidak berani mendekat.

Malu dan gengsi bercampur menjadi satu sehingga aku tidak berani untuk lebih dekat lagi.

Tapi tak apa. Aku sudah sangat bersyukur dengan pertemuan hari ini.

Pertemuan kemarin yang hanya dapat melihat wajahnya saja sudah dapat membuat ku terbang, apalagi hari ini yang dapat ngobrol langsung dengannya.

Ya walaupun percakapan kami bagiku itu berlangsung sangat tidak menyenangkan karena cara dia ngomong tidak selembut jika kita ngobrol di hp, tapi itu tidak menjadi masalah.

Toh jika nanti aku bisa ngobrol dengannya lagi, hal itu bisa menjadi topic yang bagus untuk di bahas dan untuk menyudutkannya dan membuatnya merasa bersalah. Hahahaha *evlilaugh


Senin, 17 November 2014

Terimakasih Untuk Hari Ini

Terimakasih untuk hari ini, ya Allah. Walaupun hanya dapat melihat wajah bodonya, hal itu sudah dapat membuatku bahagia.

Tidak apa tidak mengobrol dengannya. Pertemuan yang tidak cukup beberapa menit itu sudah bisa mengobati sedikit rasa rindu ku untuk melihat wajahnya.

Wajah yang selalu ku mimpikan hampir setiap detik. Berharap dapat bertemu dan bercengkrama langsung dengan pemilik wajah tersebut.

Tapi tak apa. Harus ada pengorbanan di setiap hubungan. Tidak ada yang bilang kalo LDR itu menyenangkan. Tapi ada keindahan dibalik itu semua.

Kebahagiaan yang seakan tidak ada tandingannya ketika bisa bertemu dengan orang yang sudah lama di rindukan dan berharap dapat tertawa bersamanya. Saat hari itu tiba, waktu terasa berhenti berputar dan semua duka berubah menjadi duka.

Mendengar suaranya di telpon tidak cukup untuk mengobati rinduku padanya. Apalagi itu hanya bisa ku lakukan sekali dalam seminggu. Tapi hanya itulah yang bisa ku lakukan saat ini. Hanya itu yang bisa kami lakukan saat ini. Sambil menunggu waktu yang tepat untuk bertemu.

Sampai waktu itu, hanya kepercayaan masing-masing pribadi yang dapat menjaga hubungan ini tetap berjalan.
 
ReKerNoPis Blogger Template by Ipietoon Blogger Template