Senin, 23 Maret 2015

Goyang Dumang Everywhere


Sekarang yang namanya “Goyang Dumang” lagu ngetrend banget. Iya gak ? Mulai dari balita yang baru bisa ngomong sampai kepada aki-aki yang sebentar lagi mau di jemput sama malaikat maut pasti tau lagu “Goyang Dumang”.

Tadi sepulang dari rumahnya omku, aku singgah di salah satu supermarket, gak “super” banget sih sebenarnya, tapi di Selayar itu sudah termasuk golongan supermarket, sedangkan minimarket adalah bahasa gaul untuk kios.

Tujuanku adalah untuk membeli persediaan makanan selama masa hibernasi nanti. Beruang keleus.

Iya sih bukan untuk masa hibernasi, lagipula mana ada musim dingin di Indonesia ? Iya gak ? Musim hujan aja, hujannya malas-malasan turun, apalagi musim dingin, mimpi di siang bolong itu mah namanya.

Aku membeli makanan itu untuk persediaan di rumah. Tau sendirikan kalau cewek itu hobby-nya ngemil. Dan berhubung aku malas keluar rumah kalau hanya untuk membeli makanan sebiji duabiji karena repot harus berpakaian dulu dan harus merasakan teriknya matahari, maka aku akan membeli langsung satu pack untuk persediaan beberapa hari di rumah. Kan kalau gitu simple. Setali tiga uang. Sekali jalan, langsung beli semuanya.

Di tengah penjelajahanku dari satu rak ke rak lain untuk mencari, memilih, dan memilah jenis makanan apa yang cocok untuk musim ini, tiba-tiba salah seorang dari pegawai supermarket tersebut lewat di sampingku sambil menyanyikan lagu “Goyang Dumang”.

Hal yang biasa sih sebenarnya. Yang membuat pemandangan itu menjadi tidak biasa adalah dia menyanyikan lagu itu sambil menggendong bayi yang belum cukup berusia satu tahun, dan lagu itu digunakan untuk menangkan si bayi.

Untuk sejenak pikiranku teralihkan.

Dulu, menurut cerita nenek-nenekku, kalau aku nangis, lagu yang di pake buat nenangin aku itu lagu-lagu kebangsaan, lagu nasional, entah lagunya selesai atau gak, nyambung sana nyambung sini, tapi setidaknya itu lagu Indonesia yang mengandung pesan moral dan semangat nasionalisme. Atau kalau tidak, cukup dengan lagu nina bobo saja.

Lah sekarang ? Lagu yang di pake malah “Goyang Dumang”.

Mau jadi apa bangsa ini kelak jika sejak bayi sudah di perdengarkan lagu yang tidak bermutu seperti itu. Memang sih sang bayi belum mengerti dengan lagu tersebut, tapi setidaknya perdengarkanlah sesuatu yang baik kepada calon-calon penerus bangsa ini.

Contohnya lantunan ayat suci Al-Qur’an mungkin. Atau kalau yang non-muslim mungkin bisa memperdengarkan lagu-lagu yang mengandung pesan moral, kehidupan, dan akhlak. Sehingga kelak apa yang di dengarnya sekarang dapat menjadikannya pribadi yang lebih baik.

Postingan ini di publikasikan juga di www.nyunyu.com 

Minggu, 22 Maret 2015

Thanks For Treat myMr. Charming


Yang hadir meeting hari ini hanyalah beberapa orang. Bahkan tidak sampai setengah dari jumlah keseluruhan personil.

Hanya aku, Firda, Dahlia, Suryanti, Bahtiar, Fadhil, Ersa, dan Maswandi. Delapan orang. Empat cewek dan empat cowok. Jika dipasang-pasangkan maka kami akan memiliki pasangan masing-masing. Jika bisa memilih, aku akan memilih berpasangan dengan Bahtiar. Walaupun dia cerewet dan selalu membuat hidupku “sedikit” lebih susah saat di dekatnya, tetapi setidaknya dia baik dan apa adanya.

Meeting hari ini berakhir lebih cepat dari biasanya. Salah satu penyebabnya adalah karena yang hadir hanya beberapa orang saja sedangkan materi hari ini adalah Describing Something. Kami berganti-gantian mendeskripsikan suasana taman kota karena kebetulan hari ini kami meeting di taman kota. Mencari suasana baru kata Mr. Charming.

Setelah kami semua telah selesai dengan paragraph masing-masing, meeting pun di tutup.

Aku selalu suka menghadiri pertemuan-pertemuan begini ketika yang hadir hanya beberapa orang. Karena pasti akan ada hal yang special terjadi dan tidak akan terjadi dipertemuan biasa ketika semua orang hadir dalam pertemuan itu. Hanya orang-orang tertentu dan pilihan saja lah yang bisa merasakan moment special itu.

Aku percaya hal itu karena ketika pertama kali aku ikut tahfidz, ketika anggota tahfidz tidak sebanyak sekarang, Ustadz Sofanul selalu memberikan hal-hal yang mengejutkan kepada anggota tahfidz dan pastinya itu menyenangkan. Tidak seperti sekarang. Sekarang anggota tahfidz sudah banyak sehingga tidak banyak hal yang special terjadi. Semuanya terjadi begitu saja, lurus, dan hambar.

Dan ternyata dugaanku benar.

Mr. Charming mengajak kami ke Plaza Marina.

Awalnya aku pikir dia hanya sekedar mengajak kami ke sana untuk jalan-jalan dan nongkrong bareng di pinggir pantai.

Ternyata tidak.

Lebih dari itu. Dia mentraktir kami Jus Alpukat. Hahaha. Senangnya luar biasa banget.

Benar kan apa yang ku bilang. Pasti akan terjadi sesuatu yang special jika yang hadir hanya sedikit. 

Moment seperti ini tidak akan terjadi jika semua personil hadir.

Jus alpukat itu biasa saja. Bahkan tidak enak. Jusnya cair, gak manis, dan susunya kurang pake banget.

Tapi itu merupakan jus alupkat terspesial yang pernah ku minum. Kenapa ? Karena jus itu dibelikan oleh Mr. Charming. Hal itulah yang membuat jus itu terasa nikmat yang special.

Thanks For Treat myMr. Charming. 

Sabtu, 21 Maret 2015

First Time Teaching


Galau ? Hahaha. Udah gak zaman. Masalah yang kemarin biarlah berlalu. Mungkin sakitnya akan tetap terasa hingga beberapa waktu ke depan. Tapi Insya Allah aku bisa mengabaikan rasa sakit itu dan melakukan sesuatu yang lebih berguna di banding menangis seharian di kamar dan membuang waktu berharga yang ku miliki hanya untuk meratapi seorang pengkhianat.

Kalau kata Mr. Charming sih sekolah aja dulu yang benar. Jangan mikir yang gitu-gituan dulu.

Aku kadang heran dengan diriku sendiri. Aku lebih mendengarkan apa yang orang lain katakan dibanding apa yang orangtuaku sendiri katakan. Dasar. Remaja Labil.

Huft !!

Banyak yang berkecamuk di hati ini. Banyak yang ingin ku tuliskan. Segala kesal, amarah, sedih, dan kecewa. Ingin ku tumpahkan semua itu agar aku dapat merasa sedikit tenang. Tapi itu semua hanya akan membuatku tampak seperti gadis lemah yang melankolis. Sedikit-sedikit nangis. Sedikit-sedikit galau. Hmm. Apaan coba ? Aku gak mau kelihatan seperti itu.

Lagi pula ini semua belum berakhir. Jadi aku gak mau bersikap berlebihan terhadap situasi ini. Kalau aku bertindak berlebihan, terus pada kenyataannya semuanya baik-baik saja, kan aku jadi malu sendiri. Sudah galau dan menangis duluan tanpa mengetahui apa yang sebenarnya terjadi.

Jadi, daripada bergalau ria, aku akan bercerita tentang apa yang terjadi hari ini.

Merupakan moment bersejarah juga sih. Jadi hal ini pantas untuk di ceritakan.

Aku memang telah beberapa kali tampil di depan kelas untuk menjelaskan sesuatu kepada teman-temanku. Entah itu dalam suasana diskusi, menjawab pertanyaan guru, atau presentasi tugas. Aku selalu suka saat-saat seperti itu. Karena aku akan merasa sebagai yang paling pintar dan menguasai materi itu. Semua mata akan tertuju padaku dan mendengarkan penjelasanku.

Aku juga suka saat ada yang bertanya dan aku bisa menjawab pertanyaannya. Aku merasa bangga jika bisa menjawab pertanyaan itu dengan penjelasan yang sempurna karena aku merasa bisa mengalahkan yang bertanya.

Ya, sosok seperti itulah aku. Aku suka saat menjadi pusat perhatian dan bisa menjelaskan sesuatu kepada orang lain. Berasa jadi orang pintar gitu. Hehehe.

Tapi saat melakukan “pertunjukan”, aku sudah menyiapkan semua materi yang akan ku sampaikan. Jadi saat tampil nanti, aku bisa tampil sempurna karena aku menguasai materi itu.

Tadi, Mr. Charming menyuruh kami untuk menjadi guru. Mengajarkan kembali apa yang telah kami pelajari tentang tenses.

Mengajar ? Ya Ampun. Sebelumnya aku belum pernah mengajar. Aku memang sering tampil di depan kelas, tapi itu bukan untuk mengajar, tapi untuk menjelaskan sesuatu kepada teman-temanku. Itu sama saja bodoh.

Pada saat itu aku sudah siap dan menguasai materi yang akan ku sampaikan. Bukan dadakan seperti ini tanpa ada persiapan sebelumnya. Mau ngomong apa di depan nanti ? Belum lagi Mr. Charming tidak memberikan kesempatan untuk menyiapkan materi yang akan ku jelaskan.

Bisa mati kutu nih aku kalau gini modelnya.

Parahnya lagi, aku di tunjuk sebagai orang pertama. Resiko deh jadi President. Apa apa pasti yang di suruh pertama itu President. Aku juga manusia biasa kakak. President itu hanya jabatan saja. Bukan berarti aku bisa melakukan segala sesuatunya lebih baik dari yang lain ‘kan ? Tapi ya, ku terima tanggung jawab itu. Sebagai President aku memang harus memberikan contoh yang baik kepada anggotaku bukan ? Jadi aku menerima semua itu.

Maka majulah aku ke depan setelah melalui perdebatan singkat dengan Mr. Charming yang di tutup oleh kalimat Mr. Charming yang berbunyi “Yang saya tunjuk naik saja. Saya tidak ingin mendengar alasan dari kalian.”

Saat seorang guru sudah berkata seperti, itu merupakan sebuah peringatan bahwa hal itu harus segera dilaksanakan, karena jika tidak maka hal yang terjadi selanjutnya merupakan sesuatu yang tidak dapat di jangkau oleh akal dan pikiran. Apaan sih.

Aku pun mengambil spidol hitam yang di sodorkan Mr. Charming kepadaku, lalu sambil memikirkan apa yang akan ku katakan nanti, aku pun maju ke depan kelas.

Duh ! Mau ngomong apa nih ?!

Sumpah. Tadi tuh aku benar-benar kosong banget. Gak tau mau ngomong apa dan mau memulainya dengan kalimat apa. Blank !!

Yang ku lakukan hanya berdiri di depan papan tulis sambil memperhatikan wajah teman-temanku yang seakan-akan menungguku melakukan hal yang menakjubkan. Di tambah lagi dengan tatapan tidak mengenakkan dari Mr. Charming karena dia memperhatikanku dan juga menungguku melakukan sesuatu. Dia berlagak seperti siswa. Dia benar-benar menempatkanku dalam posisi yang sulit kali ini.

Hal pertama yang ku lakukan adalah menghapus papan tulis. Kebetulan tadi papan tulisnya kotor. Setelah itu aku membagi dua papan tulis tersebut. Aku belajar hal itu dari Kakak Chia.

Hal selanjutnya yang ku lakukan ?

Mundur selangkah demi selangkah menuju ke kursi guru sambil tetap memikirkan apa yang akan ku katakan untuk membuka “pelajaran” sore ini.

Lalu Mr. Charming menoleh dan mendapatiku tengah menjauhi papan tulis. Dia mengeluarkan tatapan herannya. Aku hanya bisa nyengir menanggapi tatapan itu.

“Aku harus ngomong apa ?”, Tanya ku setengah putus asa.

“Pada sore hari ini saya akan mengajarkan tentang Tenses. Begitu saja.”, kata Mr. Charming memberi contoh.

Okelah kalau begitu. It’s show time.

Maka mulailah aku menulis “FUTURE TENSE” di papan tulis. Itulah materi yang dipercayakan Mr. Charming kepadaku untuk ku jelaskan kembali.

And … Tadaaaa !!

Walaupun agak terbata-bata karena aku tidak mempunyai persiapan yang cukup dan harus menghadapi hal yang dadakan seperti ini, but over all, i’m doing great.

Setelah diawal-awal aku mengalami tekanan batin menghadapi semua ini, tapi Alhamdulillah aku bisa menyelesaikannya dengan bagus dan tuntas.

Yup !

Itulah pengalaman pertamaku mengajar. Spesifiknya mengajar bahasa Inggris kepada 4 orang “siswa” di tambah satu orang “pengawas”.

Jumat, 20 Maret 2015

Berita dari Sahabat

Di saat kedua orangtuaku sedang sibuk dalam ketegangan mereka menonton mega serial Jodha Akbar yang sedang menampilkan Jodha sedang berteriak kesakitan di tengah derasnya hujan dan Guntur. Nampaknya dia akan segera melahirkan. Di tempat lain, ibunya Jodha khawatir dengan keadaan anak kesayangannya. Orangtuaku sibuk memperhatikan adegan itu.

Sementara aku sibuk dengan laptopku. Facebookan sambil memperbaiki tampilan blogku. Setelah selesai dengan blogku, aku pun beralih ke facebook dan chat dengan sahabatku. Aku penasaran hal penting apa yang ingin dia sampaikan padaku sehingga tadi dia mem-PING-ku. Dia tidak akan pernah menghubungiku duluan jika tidak ada hal penting akan di sampaikan. Mungkin dia lagi rindu padaku, pikirku. Karena biasanya dia akan menghubungiku kalau dia lagi rindu padaku atau butuh bantuanku mengerjakan sesuatu.

Tapi berhubung hp itu sepenuhnya dalam kendali bapakku, sehingga aku tidak bisa dengan leluasa berbbman ria dengan sahabatku itu. Maka facebook adalah sarana lain yang bisa ku gunakan untuk berhubungan dengannya.

Aku pun mengobrol dengannya dan bertanya apa yang terjadi.

“Aku tidak ingin jadi tersangka. Jadi setelah aku memberitahumu hal ini, aku mau kamu tutup mulut rapat-rapat.”

Sebuah rahasia, pikirku. Aku selalu suka dan tertarik dengan segala sesuatu yang berbau rahasia. Tapi masalahnya apa ya ? Koq harus sampai tutup mulut rapat-rapat ? Sepenting apakah masalah itu ? Koq Yaya’ tampaknya takut sekali jika sampai hal ini tersebar ? Apakah hal ini menyangkut masalah hidup dan mati ? Karena penasaran aku pun langsung menjawab dengan mantap.

“Oke. Tenang saja. Aku akan tutup mulut. Kalau perlu akan ku hapus chat ini. Masalahnya apa ?”

“Kamu masih pacaran sama Ilcham ?”

Deg ! Pertanyaan itu tepat mengenai hatiku. Jika pertanyaan itu diajukan, maka pembahasan selanjutnya tidak jauh-jauh dari pasangan kita. Entah itu hal yang baik atau yang buruk. Tapi biasanya lebih mengarah kepada yang buruk.

“Iya. Ada masalah apa ?”, Tanyaku to the point. Hal apalagi yang dilakukan anak bodoh itu. Tidak bisakah dia cukup menyiksaku dengan rasa rindu ini tanpa membuat masalah lain ?

“Kalau gak salah, aku dapat kabar kalau Ilcham punya pacar di SMA Muhammadiyah. Namanya Lestari kelas X.C. Aku ngomong kayak gini gak ada maksud buat ngehancurin hubungan kamu sama Ilcham.”

Byaaarrr !! Setelah selesai ku baca kalimat itu, suara Guntur terdengar keluar dari TV. Kayak di sinetron-sinetron gitu. Kalau dapat kabar buruk, tidak lama suara Guntur akan terdengar. Tipikal sinetron Indonesia.

Selesai membaca apa yang dituliskan Yaya’, perasaanku langsung menjadi tidak enak. Tapi aku tetap berusaha positive thinking. Aku tidak ingin dengan mudah percaya gossip yang beredar. Hubunganku sebelumnya berakhir karena aku terlalu percaya dengan gossip.

“Kamu tau darimana ?”

“Sepupu aku yang sekolah di SMA Muhammadiyah yang ngomong.”

Ya Allah, cobaan apalagi ini ?

“Jangan bilang siapa-siapa ya kalau aku yang ngomong ke kamu. Please.”, kata Aya’ lagi.

“Iya. Tenang aja. Aku gak akan ngomong ke siapa-siapa. Memangnya sepupu kamu bilang apa ? Sempat bukan Ilchamku yang dia maksud.”

Aku berusaha tampak terlihat tenang walaupun di dalam hati telah berkecamuk berbagai rasa yang tidak dapat didefinisikan dengan kata-kata.

“Mereka sering telponan. Nomornya Ilcham yang ini 085xxxxxxxxx kan ? Nomor itu yang sering telponan sama Lestari. Tapi aku juga gak tau pastinya kayak gimana. Aku ngomong kayak gini ke kamu karena lebih baik kamu tau semua ini di depan daripada nanti di belakang.”

Karena aku gak punya hp dan aku gak hafal nomornya Ilcham, aku pun mengambil hpnya mamaku dan mengecek nomornya Ilcham di situ. Seingatku aku pernah menyimpannya sebagai nomor yang di saring. Semoga saja belum terhapus.

Alhamdulillah belum. Aku pun mencocokkan nomor yang ada di hpnya mamaku dengan nomor yang dikirimkan Yaya’. Aku harap nomornya tidak sama.

Harapanku terlalu tinggi. Nomornya sama. Itu nomor yang sama yang dipakai Ilcham untuk menghubungiku.

“Iya. Itu memang nomornya Ilcham. Makasih ya Aya’ atas infonya.”

“Iya. Sama-sama. Itu karena aku sayang banget sama kamu makanya aku kasih tau kamu.”

Satu lagi fakta menyakitkan yang harus ku ketahui.

Tapi aku tetap berusaha berpostive thingking. Mungkin saja itu bukan Ilcham. Bisa saja temannya Ilcham yang pake hpnya Ilcham terus telponan sama cewek gak jelas dan ngaku-ngaku sebagai Ilcham.

Jika memang itu Ilcham, mungkin dia Cuma mau main-main saja sama cewek itu karena dia stress dan capek menahan rasa rindunya terhadapku.

Tapi, jika dia hanya main-main, mengapa dia tidak memberitahuku ? Terkakhir kali kami kontak-kontakan, dia bilang kalau nembak cewek, tapi akhir-akhirnya dia ngaku ke cewek itu kalau dia Cuma bercanda.

Sudah berapa lama dia menjalin hubungan dengan Lestari ? Mengapa aku tidak tau ? Mengapa dia tidak memberitahuku ?

Mengapa kau tidak memberitahuku ?

Lalu untuk apa semua kata-kata manis yang kau ucapkan jika akhirnya kau punya orang lain di belakangku ? Apa semua janji-janji itu palsu ? Bahkan kalimat-kalimat manis yang kamu tulis di suratmu pun palsu ?

Betapa bodohnya aku bisa dengan mudahnya percaya dengan ucapanmu. Percaya dengan semua janji dan omong kosongmu.

Aku tau itu semua hanya omong kosong. Tapi caramu menyampaikannya membuatku tak sampai hati untuk menolaknya. Kau kelihatan bersungguh-sungguh saat mengucapkannya.

Mungkin memang benar kamu sedang berselingkuh. Karena tanda-tanda orang selingkuh yang ku ketahui beberapa ada pada dirimu.

Kamu tiba-tiba bersikap baik dan berkata-kata manis tanpa ada sebab apapun sebelumnya. Kamu juga menuduhku punya selingkuhan agar aku terpojok dan tidak memikirkan kemungkinan bahwa sebenarnya kamulah yang berselingkuh.

Tapi, sebelum aku Tanya baik-baik ke kamu, aku tidak akan percaya sepenuhnya gossip itu. Jadi siapkanlah alasan yang apik agar nanti saat aku bertanya kamu punya sejuta alasan dan kata-kata manis untuk menipuku “lagi”.

Happy First Month MyVenti

Hari ini, tepat satu bulan yang lalu, lahir seorang bayi perempuan mungil yang wajahnya lebih mirip laki-laki daripada perempuan dengan berat 2,3 kg dan panjang tidak diketahui karena mungkin sang bidan sibuk sehingga tidak sempat mengukur panjang bayi mungil tersebut.

Bayi tersebut adalah anak kedua dari adiknya bapakku yang berarti merupakan sepupuku. Aku selalu suka dengan bayi yang baru lahir. Mereka seperti sebuah keajaiban. Lucu, mungil, bersih, dan belum berdosa. Aku selalu suka memandangi wajah lucu bayi yang baru lahir.

Nama lengkapnya Khayyirah Azzahra. Di panggil Zahra. Tapi karena bagiku dia spesial, maka aku harus punya panggilan spesial buatnya yang beda dengan orang lain. Artinya cuma aku yang panggil dia begitu. Jadi karena dia lahir tanggal duapuluh, maka nama panggilanku untuk dia adalah “VENTI”. Itu bahasa spanyol yang artinya duapuluh.

Dia menggemaskan. Wajahnya yang mirip laki-laki selalu menarik untuk dipandangi sambil memikirkan kira-kira dia mirip siapa ya, koq bisa mukanya kayak gitu.

Aku sayang banget sama Venti.

Venti merupakan bayi pertama yang aku gendong. Sebelumnya aku pernah menggendong bayi. Sejauh ini, bayi yang pernah aku gendong sudah berumur lebih dari 6 bulan. Venti-lah bayi pertama yang ku gendong di usianya yang belum cukup satu bulan.

Sekarang dia sudah satu bulan.


Happy First Month MyVenti. Jadi anak yang baik ya. Jangan bandel. Kakak sayang kamu.

Khayyirah Azzahahra a.k.a Venti

Rabu, 18 Maret 2015

Terimakasih IBU

Ketika semua terasa sulit
Dan tak ada yang mendengarkanku
Engkau selalu ada untukku

Ketika hidup ini menjadi sangat membosankan
Semua tawa, canda, dan senyuman menguap entah kemana
Engkau hadir dengan membawa sejuta kebahagiaan

Disaat aku menggigil kedinginan sendirian, kesepian
Dan tak ada seorang pun disampingku
Engkau selalu hadir menemani dan membawa kehangatan

Terimakasih IBU …
Terimakasih Engkau selalu hadir dalam setiap hembusan nafasku

Terimakasih IBU …
Terimakasih Engkau selalu ada untukku
Menghadirkan senyuman dalam hidupku
Dan member kehangatan pada hatiku

Terimakasih IBU.

MyMom and I

Sabtu, 14 Maret 2015

Selamat Berjuang, Teman Seperjuangan

Siang hari yang menyengat. Matahari memaksimalkan panasnya pada siang hari itu. Ruangan kelas seketika berubah menjadi oven raksasa. Empat buah kipas angin yang terdapat di dalam ruangan telah bekerja dengan maksimal. Sayangnya itu tidak dapat mengurangi sedikit pun hawa panas siang itu.

Pelajaran terkakhir siang itu, Speaking English. Pelajaran ini sebenarnya menyenangkan. Sangat menyenangkan malah. Di tambah lagi pelajaran itu di pegang oleh Mr. Idhar, membuat pelajaran itu semakin menyenangkan. Tapi suasana panas siang itu membuatku tidak konsen untuk memperhatikan pelajaran.

Lapar, ngantuk, dan panas. Pelajaran terakhir memang merupakan saat-saat terberat baik bagi guru maupun siswa.

Ku lirik jam tanganku. Hm, penderitaan ini masih akan berlanjut selama satu jam kedepan. Kesabaran ekstra dibutuhkan dalam kasus kali ini.

Ketika kebosanan benar-benar telah menyerangku, dari arah pintu terdengar suara ribut-ribut. Suara ribut-ribut macam apa di siang yang panas ini ?

Ternyata mereka adalah anak XII IPA yang ingin minta maaf. Biasa. Tradisi tahunan. Setiap tahun, menjelang diadakannya ujian akhir, maka kakak-kakak kelas tiga akan berbondong-bondong pergi ke setiap kelas untuk meminta maaf. Serasa kayak lebaran dadakan gitu. Bedanya ini tidak ada acara takbiran dan juga tidak ada ketupat. Hanya acara salam-salaman dan maaf-maafan biasa yang kadang diselingi dengan drama tangis-menangisi karena akan ada yang di tinggalkan dan akan ada yang meninggalkan.

Tahun lalu aku pun ikut menjalankan drama tersebut. Dengan air mata yang mengalir, ku peluk erat-erat kakak kelas tiga yang akan pergi meninggalkan kami. Awalnya aku hanya menangis terpaksa. Ikut berpartisipasi meramaikan suasana. Tapi ketika melihat kak Musfirayanti dan sadar bahwa dia akan pergi dan tidak akan ada lagi senior yang menemaniku ketika Tahfidz, di saat itulah air mataku luluh dan aku pun turut serta dalam drama tangis-menangisi tersebut.

Tahun ini tidak ada drama tangis-menangisi. Entah kenapa. Aku ingin menangis, tapi tidak ada sedikit pun air mata yang keluar. Hanya perasaan sedih dalam hati melihat seniorku akan segera pergi meninggalkan kami dan melanjutkan perjuangan mereka.

Ku perhatikan satu persatu wajah seniorku. Berusaha mencari kenangan yang dapat membuatku menangis. Lalu aku sampai pada wajah seseorang yang selalu ku perhatikan dan ku kagumi sejak kelas satu. Ku perhatikan wajah itu. Tidak ada raut kesedihan di wajah yang selalu tampak bahagia itu. Kesedihan yang ku rasakan dalam hatiku semakin bertambah ketika sadar bahwa ia akan pergi meninggalkan sekolah ini, meninggalkanku.

Acara salam-salam pun di mulai. Satu persatu personil XII IPA menyalamiku dan teman-temanku. Ku jabat tangan mereka, dan untuk orang yang cukup akrab denganku, ku berikan pelukan hangat. Hanya itu yang bisa ku lakukan. Untuk saat itu aku tidak bisa mengeluarkan air mata untuk mengekspresikan kesedihanku saat itu.

Lalu giliran dia bersalaman denganku.

“Hai, teman seperjuangan. Teman seperjuanganku ini.”

Katanya sambil tersenyum kepadaku. Senyum itu. Oh Tuhan. Senyum calon penghuni surga. Dapat menyejukkan hati siapa saja yang melihatnya.

Aku kira dia akan mengajakku bersalaman. Tapi dia hanya mengatupkan kedua tangannya. Memang begitulah seharusnya ketika laki-laki dan perempuan yang bukan muhrim hendak bersalaman, cukup mengatupkan kedua tangan.

Tapi aku tidak ingin hanya begitu. Tidak ada yang special dari itu. Masa bodoh dengan peraturan yang tidak mengizinkan laki-laki dan perempuan tidak boleh bersentuhan. Dosa sih. Tapi itu sudah menjadi hal yang biasa dalam kehidupanku sehari-hari. Maka ku ambil tangannya dan mengajaknya bersalaman. Tidak ada yang memperhatikanku. Lagipula itu bukan tindakan yang memalukan.

Dia kaget dan hanya bisa diam tanpa memberikan perlawanan terhadap apa yang ku lakukan. Mungkin dia sedang berusaha mencerna apa yang sedang terjadi. Berhubung dia pintar, jadi dia tidak butuh waktu lama untuk menyadari apa yang terjadi. Ketika sadar dan berhasil mencerna, dia langsung menarik kedua tangannya.

Aku pun melepaskannya. Merelakannya. Mengikhlaskannya. Tidak mungkin ku tahan tangannya lebih lama lagi. Tapi itu cukup membuatku senang dan puas.

Sebelum dia pergi, sambil berlalu dia berkata kepadaku.

“Selamat berjuang sendiri.”

Lalu dia pergi dan menghilang dibalik pintu.

Untuk beberapa saat aku masih tidak terlalu memperhatikan apa yang sedang terjadi. Tetapi ketika kelas kembali menjadi sepi dan proses pembelajaran dilanjutkan, aku baru sadar, akan ada satu bagian lagi dari hidupku yang akan hilang, akan pergi.

Selalu saja begitu. Setiap pertemuan pasti ada perpisahan. Tetapi apakah tidak bisa perpisahan itu ditunda untuk waktu yang lama ?

Kata-kata itu kembali terngiang. “Teman Seperjuangan”.

Ya, kami memang teman seperjuangan. Sama-sama berjuang menghafal juz 30 walaupun akhirnya dia duluan yang berhasil menghafal juz 30. Kami saling mendukung dengan cara yang konyol. Dia selalu berusaha untuk mengalahkanku, berusaha pamer kalau hafalannya sudah banyak, selalu ingin membuatku iri. Tapi hal itu memotivasiku untuk terus menghafal dan berusaha mengalahkannya. Setiap ada surah baru yang kami hafal, baik aku maupun dia, kami selalu saling memberitahukan satu sama lain.

Kami memang jarang berkomunikasi di sekolah. Sehingga Tahfidz menjadi tempat kenangan kami berdua.

Setiap tahfidz aku selalu ingin meminjam hpnya. Tidak ada alasan khusus. Hanya ingin meminjam hpnya. Itu juga bisa menjadi alasan agar aku tetap dapat berkomunikasi dengannya.

Kini, dalam hitungan bulan, dia akan segera pergi meninggalkan sekolah.

Tidak ada lagi temanku berkompetisi, tidak ada lagi orang yang bisa ku pinjam hpnya setiap tahfidz, tidak ada lagi orang yang akan ku pandangi dan saling bertukar senyum saat kami bosan mendengarkan pemberian materi.

Satu hal paling ku resahkan adalah dia akan segera pergi tapi aku tidak tau bagaimana perasaanku terhadapnya. Sahabatku selalu bilang kalau dia suka padaku. Hal itu kelihatan dari sorot matanya setiap melihatku. Kadang aku juga merasakan hal itu. Ada yang lain dari sorot matanya saat dia melihatku. Tapi mungkin itu hanya perasaanku. Mungkin akunya saja yang ke-ge-er-an. Lagipula sikapnya kepadaku tidak menunjukkan bahwa dia menyukaiku.

Tidak ada yang tau pasti isi hati manusia kan ? Satu-satunya hal yang pasti di dunia ini adalah ketidakpastian.

Selamat berjuang, Kakak. Semoga sukses dengan Ujian Akhirnya. Do’aku yang terbaik untukmu.

Khaerul Ma’arif.

Selayar, 15 Maret 2015.

Rabu, 11 Maret 2015

Meme PertamaKu =)

Setelah lama kenal dengan yang namanya Meme dan sedikit demi sedikit mulai masuk ke dalam dunia Meme, aku penasaran bagaimana caranya membuat Meme. Kalau Cuma bikin gambar yang ada kata-katanya mah gampang. Banyak aplikasi yang bisa di gunakan kalau hanya untuk membuat itu. Tapi kalau membuat Meme ? Aku sama sekali tidak tau aplikasi macam apa yang digunakan untuk membuat Meme.

Di group Meme banyak sih yang bagi-bagi link untuk bikin Meme dan aplikasi apa saja yang digunakan. Tapi aku malas kalau bikinnya online, karena itu sangat berpengaruh terhadap jaringan, kalau jaringannya bagus ya gak apa-apa, lancar. Tapi kalau jaringannya jelek, kan bisa kesal sendiri nunggu lama Cuma buat bikin satu Meme.

Tapi sekarang semua kegalauan itu sirna, menghilang, pudar, lenyap, apalah pokoknya yang penting hilang.

Karena sekarang aku sudah tau cara gampang membuat meme tanpa harus menggunakan aplikasi yang membutuhkan pengetahuan IT tingkat dewa. Bahkan anak kecil yang udah tau main computer pun pasti tau cara ini.

Dan aku bisa tau cara bikin Meme yang gampang karena seseorang yang hebat dan mau membagikan ilmunya padaku. Tidak lain dan tidak bukan dia adalah …. myMr. Charming !!

Makasih atas ilmunya, Kakak. Sekarang aku sudah bisa bikin Meme. Hehehe.

Besok-besok bagi-bagi ilmu lagi ya, Kak.

Ini dia karya pertamaku :



Selasa, 10 Maret 2015

Siswa Andalan


“Lagi ngapain, kak ?”

“Chat sama teman kuliah, teman menulis, siswa andalan, dll.”

Itulah sepenggal percakapanku dengan Mr. Charming tadi malam. Ada yang menarik dalam jawaban tersebut. Coba perhatikan kata Siswa Andalan.

Aku penasaran siapa sebenarnya  “siswa andalan”nya Mr. Charming, bodohnya aku malah tidak bertanya akan hal itu.

Tapi aku juga sebenarnya takut mendengar jawabannya. Dalam hati tentu saja aku berharap bisa menjadi siswa andalan Mr. Charming, tapi melihat sikap dan tingkahku, tampaknya aku tidak pantas untuk masuk kategori siswa andalan.

Kira-kira siapa ya siswa andalannya Mr. Charming ? Mungkinkah itu aku ? Hahaha. Tidak mungkin. 

Lalu siapa ? Adik kelasku ? Hm, mungkin saja. Atau bisa jadi siswanya waktu dia mengajar di bimbingan belajar yang ada di Makassar. Ya, bisa jadi. Itu kemungkinan terbesar.

Aku tidak berani menanyakan hal itu. Biarlah aku penasaran. Karena dengan begitu aku bisa berharap menjadi siswa andalannya Mr. Charming. Ya walaupun akhir-akhirnya hanya harapan palsu. Hehehe.

Keep Spirit !!

Hijab : For Allah Or For Human

Hari kedua libur. Tidak ada yang special. Semuanya sama dan itu membosankan.

Aku baru bangun ketika jam menunjukkan pukul 7 pagi. Untuk apa bangun cepat di hari libur ? Bangun jam 7 itu sudah masuk hitungan bangun cepat jika untuk hari libur. Itu pun terpaksa karena Bapakku menyuruhku untuk membuang sampah yang memang sudah sangat menumpuk dan menunggu untuk di buang.

Dengan kesadaran yang masih dalam proses pengumpulan, aku pun segera bangun dan mengambil jilbab lalu segera membuang sampah sialan yang menganggu tidur hari liburku.
Sehabis membuang sampah, sambil malas-malasan aku duduk di kursi panjang yang ada di ruang tamu. Berniat melanjutkan tidurku tapi akhirnya niat itu tertunda karena tatapan mata Bapakku membuatku tidak berani untuk melanjutkan niat itu. Akhirnya aku pun hanya duduk sambil memikirkan mimpiku semalam.

Jam menunjukkan pukul 08.30 dan Bapakku harus mengantar Mamaku ke sekolah. Tinggallah aku sendiri di rumah.

Ku ambil Oppo milik Bapakku berhubung aku tidak punya hp. Ku klik icon BBM lalu membaca NewsFeednya.

Hanya pemberitahuan dari teman-temannya Bapakku. Tidak ada yang special. Membosankan.

Scrolldown, scrolldown, and scrolldown again.

Dan aku menemukan sesuatu yang menarik. Sebenarnya itu biasa saja. Tapi jika dipahami maka hal itu memiliki makna yang dalam.

Photography is a better of silent spoken of world” (Fotografi adalah kalimat isyarat terbaik)

Kalimat itu benar adanya. Itu hanyalah sebuah gambar. Tapi gambar itu memiliki makna yang dalam. Kata-kata yang ada dalam gambar itu pun sederhana.

“Hijab For Human or For Allah. What’s Your Choice ?”

Dalam gambar itu terdapat dua foto wanita. Yang satu menggunakan model hijab seperti yang sedang tren sekarang ini, baju ketat, dan celana jeans. Hijab For Human.

Sedangkan yang satu lagi menggunakan hijab longgar dengan baju kurung yang juga longgar. Simple dan syar’I.  Hijab For Allah.

Sebenarnya aku ingin mengacuhkan gambar itu. Sudah banyak gambar-gambar sejenis itu yang selalu ku acuhkan tiap kali aku melihatnya.

Tapi gambar yang satu ini membuatku berfikir.

Selama ini aku cukup berbangga karena bisa menggunakan hijab di saat masih banyak wanita muslim di luar sana yang belum menggunakan hijab. Walaupun sebenarnya kadang aku merasa ingin melepasnya. Tapi tuntutan untuk selalu menggunakan hijab lebih berat di banding tekanan batin untuk melepasnya. Jadi Alhamdulillah hingga saat ini aku masih setia menggunakan hijab.

Namun setelah membandingkan kedua foto wanita tersebut, aku baru sadar. Ternyata caraku berhijab selama ini hanya untuk manusia. Hijab For Human. Bukan untuk Allah. Bukan untuk menunaikan kewajiban. Tapi hanya untuk mengikuti perintah orangtua dan agar tampak modis, cantik, dan bergaya. Bangga dapat tampil cantik dengan hijab.

Lalu kemudian gambar itu meruntuhkan semua kebanggaanku. Jadi selama ini caraku berhijab hanya untuk manusia dong ? Berarti sia-sia selama ini aku berhijab kalau hanya untuk manusia. Tapi kan caraku berhijab itu sudah menutup aurat.

Berarti kalau mau hijabnya sempurna, kalau mau hijab untuk Allah, harus pakai baju kurung gitu ? Harus pakai jilbab besar yang sampai lutut ? Yang gak ada modelnya itu ?

Ya Allah. Itu bukan gayaku. Dan aku sama sekali tidak cocok bergaya begitu. Membayangkannya saja susah. Menggunakan rok dalam kegiatan sehari-hari saja sudah membuatku merasa sangat “alim”. Apalagi kalau harus menggunakan baju kurung dan jilbab besar. Ya ampun, berasa jadi orang suci banget.

Temanku yang bergaya seperti itu, menurut pandanganku, hidupnya tampak kurang ceria. Dia lebih tertutup dan kurang bergaul. Dan aku tidak ingin seperti itu. Bergaya seperti itu membuatku berfikir bahwa aku tidak akan bisa menikmati hidupku lagi.

Pikiran remaja labil. Hanya ingin bersenang-senang dan menikmati dunia tanpa memikirkan akhirat.

Aku bertanya ke Kiky, “Kalau kamu pilih yang mana, Ky ?”

“Pilihnya sih yang untuk Allah. Tapi pakenya yang untuk Human.”

Aku pun tertawa. Haha. Iya sih maunya gitu. Mau pilih Hijab For Allah, tapi sayang masih pakai Hijab For Human.

Biarkanlah semuanya berjalan. Semoga suatu saat nanti kami semua mendapat hidayah dan bisa menggunakan Hijab For Allah.

Kamis, 05 Maret 2015

Kebiasaan Baru UTS

Pulang jam dua siang kemudian harus kembali lagi ke sekolah dua jam kemudian bukanlah suatu rutinitas yang menyenangkan. Tapi mau tidak mau rutinitas itu harus ku lakukan. Siapa bilang jalan menuju sukses mulu-mulus saja seperti jalanan beraspal yang berada di kota-kota besar ? Jalan menuju kesuksesan tidak semulus itu. Malah jalan menuju kesuksesan itu memiliki lika liku yang sangat banyak, naik dan turun di sana sini, serta hambatan-hambatan yang harus di lalui. Seperti jalanan yang menuju ke desa-desa yang belum tersentuh oleh perhatian pemerintah, jalanannya masih sangat memprihatinkan.

Walaupun aku tau tentang semua itu, tapi rasa malas kadang tetap saja datang menyergap. Pulang jam dua siang, sampai di rumah jam setengah tiga, makan, ganti baju, dan seketika jarum jam sudah menunjuk ke angka tiga. Itu berarti setengah jam lagi masjid akan berbunyi pertanda telah memasuki waktu shalat ashar. Tanggung banget. Mau tidur, waktunya Cuma setengah jam. Gak tidur, ngantuknya juga minta ampun. Ya Tuhan Cobaan macam ini ?

Aku pun mengambil jalan tengah untuk keluar dari kegalauan tersebut. Aku tetap tidur tapi tidurnya Cuma 15 menit, jadi masih ada waktu 15 menit lagi untuk siap-siap shalat. Kadang yang 15 menit itu aku tambahkan menjadi 20 menit atau bahkan sampai 30 menit.

Tapi memang dasar akunya yang tukang tidur, rencana yang sudah di susun matang-matang pun harus berantakan karena gravitasi tempat tidur yang kuat di tambah lagi dengan rayuan pulau kapuk, membuat tidur ku tambah lebih nyenyak. Alhasil, aku pun bangun ketika jam menunjukkan 15 menit lagi jam 4 sore. Dan sadisnya lagi, aku hanya menatap jam dengan tatapan mengantuk sambil berkata, “Oh, sudah jam segini ? Masih ada 15 menit.” Dengan mata masih setengah terbuka dan malas-malasan aku pun pergi mengambil handuk dan langsung mandi.

Setelah semuanya selesai dan aku sudah siap, aku pun kembali menatap jam, dan …. “APA ? SUDAH JAM EMPAT ?? Oh My GOD ! Oh my GOD ! Oh My GOD ! Bapak mana. Bapak mana. Dimana. Di sini.”

Ya ampun koq malah nyanyi. Aku pun panik melihat jarum detik terus bergerak seakan-akan mengintimidasiku karena bangun terlambat. Aku pun mencari bapakku untuk mengantarku ke sekolah. Untunglah bapakku orangnya pengertian, jadi sebelum aku siap dia sudah ada duduk di ruang tamu sambil menungguku siap untuk mengantarku ke sekolah.

Nah, itu kalau ada bapak. Kalau ada bapak semuanya tampak lebih mudah.

Kalau tidak ada bapak ? Lain lagi ceritanya.

Aku akan panik dan kalang kabut mencari bagaimana cara tercepat untuk bisa sampai di sekolah. Marah-marah gak jelas dan menyeseli diri kenapa tadi malah lanjut tidur, bukannya langsung bangun supaya masalahnya tidak seribet ini. Jalan kaki membutuhkan waktu 10 menit. Itu akan membuatku semakin terlambat. Becak yang notabene merupakan angkutan umum favorite masyarakat Selayar karena di Selayar belum ada taksi merupakan pilihan alternative. Tapi becak kalau lagi di butuhkan jarang banget ada yang muncul, giliran tidak butuhkan, kayak kacang, banyak banget!

Kalau sudah begitu, aku akan berjanji pada diriku sendiri kalau aku tidak akan terlambat bangun lagi. Aku akan bangun lebih cepat agar tidak terlambat ke sekolah.

Tapi sayangnya, itu hanya sekedar janji. Besoknya begitu lagi. Begitu lagi. Dan begitu lagi. 

Kesalahan yang sama terulang terus entah untuk yang keberapa kalinya.

Walaupun pernah beberapa kali aku berhasil bangun cepat. Tapi itu hanya beberapa kali. Selebihnya gagal.

Aku pun mencari jalan lain keluar dari kegalauan itu.

Aku memutuskan untuk tidak tidur siang. Hitung-hitung diet. Tak apalah mengantuk, yang penting aku tidak terlambat datang ke sekolah. Kalau misalnya nanti aku ngantuk atau bahkan sampai ketiduran ketika sampai di sekolah, itu masalah lain.

Dan hasilnya …

Cukup memuaskan pemirsa.

Aku tidak terlambat lagi ke sekolah. Bahkan aku bisa datang lebih awal. Dengan atau tanpa adanya bapak.

Tapi, hal itu memiliki efek samping.

Karena tidak tidur siang, malamnya aku jadi lebih cepat mengantuk. Belajar pun jadi tidak efektif karena bawaannya pengen tidur terus.

Sebagai manusia biasa, aku kadang capek dengan semua kegiatan yang seperti tidak ada habisnya. Tampaknya hanya sekolahku saja di Kabupaten Kepulauan Selayar yang memiliki kegiatan seabrek. FYI, sekolahku tidak pernah sepi dalam 24 jam sehari dan 7 hari seminggu.

Iya, sampai malam pun sekolah ku masih tetap setia dengan kegiatannya. Bahkan pada hari Ahad yang merupakan hari libur sedunia, sekolahku tetap memiliki kegiatan yang harus dilakukan.

Mulai dari club-club, ekstrakulikuler, pengembangan diri, sampai olahraga. Semuanya ada di sekolahku. Complete.

Sayangnya, ini sekolah umum. Bukan sekolah berasrama.

Jadi, kita sebagai siswa yang merupakan objek utama dari semua kegiatan itu kadang merasa terbebani. Bukan karena banyaknya kegiatan. Tapi karena waktu istirahat yang dimiliki sangat sedikit. Sekolah memang sudah membagi sedemikian rupa semua kegiatan itu agar tidak ada yang bertabrakan. Hal itu sebenarnya sangat membantu.

Masalahnya, bukan hanya kegiatan milik sekolah saja yang akan kami lakukan. Kami sebagai pelajar biasa pastinya memiliki ole-ole dari guru yang harus di selesaikan pada waktunya. Syukur-syukur kalau Cuma satu guru saja yang memberikan tugas, tidak jarang setiap mata pelajaran memiliki tugasnya masing-masing dan harus dikumpulkan pada minggu yang sama.

Hal inilah yang kadang membuatku capek. Capek jasmani. Capek rohani. Kadang, saking capeknya, ingin rasanya aku menangis. Terkesan cengeng sih. Tapi itu merupakan ekspresi dari rasa capekku terhadap semuanya.

Untunglah Minggu ini merupakan minggu UTS.

Ulangan sebenarnya adalah saat yang menyenangkan sekaligus mencekam. Menyenangkan karena selama ulangan dilaksanakan, semua kegiatan sore di sekolah di tiadakan. Mencekam karena kita harus berkutat dengan setumpuk materi yang mau tidak mau harus dikuasai demi mencapai nilai KKM.

Tapi, aku bisa lebih santai sedikit di minggu ulangan. Walaupun kadang belajarnya pakai SKS (Sistem Kebut Semalam), tapi itu tak masalah. Besoknya kan di sekolah masih ada waktu untuk belajar. Kalau tidak ada waktu, banyak koq teman yang bersedia membagi jawabannya. Hehehe.

Di minggu UTS ini, masalah kegalauan tidur siangku yang ku ceritakan tadi bisa sedikit terselesaikan. Pulang sekolah jam dua, sampai di rumah jam setengah tiga, dan selesai makan jam tiga. Setelah makan kan tidak boleh langsung tidur, jadi sambil menunggu makanannya tercerna sempurna, aku pun menunggu waktu ashar yang tinggal setengah jam lagi.

Tidurnya kapan ?

Tidurnya setelah shalat ashar. Dan hebatnya lagi, aku tidak dimarahi sedikit pun karena tidur sore. 

Aku baru sadar, ternyata tidur setelah shalat ashar itu lebih nyaman. Kenapa ? Karena semua pekerjaan sudah selesai, shalat pun sudah, mau bangun jam berapa pun terserah. Kan tidak mungkin juga kalau tidur sampai maghrib. Itu mah bukan manusia lagi yang tidur, tapi kerbau.

Menyadari hal itu, maka itu pun menjadi kebiasaan baruku selama UTS ini berlangung. Tidur sehabis shalat ashar.


 
ReKerNoPis Blogger Template by Ipietoon Blogger Template