LPJ yang berlangsung hari ini
berlangsung ricuh walaupun tidak sericuh sidang-sidang wakil rakyat yang di
pertontonkan ke masyarakat.
Ada hal yang lucu dan bisa jadi
bahan renungan dalam LPJ kami kali ini.
Ustadzku pernah berkata bahwa
seorang pemimpin adalah cerminan dari yang dipimpinnya. Jika pemimpinnya adalah
orang baik, maka pasti yang dipimpin adalah orang-orang baik pula. Tetapi jika
pemimpinnya memiliki sikap yang kurang baik, maka begitu pula lah yang dipimpinnya.
Tadi, ketika LPJ, Mr. Charming
mengeluarkan kalimat “Salah Teriak Salah”.
Kami sebagai pengurus OSIS memang
bersalah karena tidak menegur siswa yang melanggar. Tetapi siswa tersebut lebih
salah lagi karena mereka ingin terus menerus ditegur.
Kemudian tadi ada peserta forum
yang mengkritik ketidakhadiran Ketua OSIS pada saat pelaksanaan MOS. Hal itu
memang sangat disesalkan oleh banyak pihak. Terkhusus saya. Karena tanpa Ketua
OSIS, itu artinya saya harus bekerja ekstra sebagai ketua sekaligus sekretaris
panitia MOS. Kerja ekstra itu artinya tenaga ekstra. Ingin rasanya meluapkan
semua kekesalanku pada Ketua OSIS. Ingin rasanya marah-marah terhadapnya. Tapi itu
semua tidak ku lakukan. Karena jauh di lubuk hatiku, aku sebenarnya bersyukur
dan berterimaksih atas ketidakhadiran Ketua OSIS dalam pelaksanaan MOS.
Karena dengan ketidakhadirannya,
aku bisa belajar menjadi pemimpin. Mengkoordinir teman-teman agar MOS dapat
berjalan dengan baik, lancar, berkesan, dan menyenangkan bagi setiap peserta
maupun panitia MOS. Suka duka selama tiga hari MOS merupakan pengalaman yang
sangat berharga dalam hidupku dan pelajaran yang tidak akan pernah ku lupakan.
Oleh karena itu, sekali lagi aku memaklumi dan memaafkan ketidakhadiran Ketua
OSIS dalam pelaksanaan MOS karena kampungnya yang jauh dipulau dan waktu itu
bertepatan dengan gelombang pasang.
Tapi entah kenapa, peserta forum
yang tidak mengerjakan apa-apa ketika MOS, yang tidak ikut ambil bagian apa
pun, tidak bekerja keras, bahkan tidak menyita waktu dan tenaganya saat
pelaksaan MOS malah mengkritik ketidakhadiran Ketua OSIS. Padahal, dia sendiri
lah yang memilih Ketua OSIS yang menjabat sekarang. Bukankah hal itu lucu
ketika kamu memilih seseorang dan kemudian kamu sendiri yang menjatuhkannya ?
Lalu apa mau mu ? Mengapa engkau memilihnya tapi kemudian menjatuhkannya ?
Cobalah kita berfikir bersama.
Di awal, kamu membelanya dan
dengan semangatnya mendukungnya untuk menjadi Ketua OSIS. Lalu ketika
kinerjanya buruk, malah kamu sendiri yang mati-matian berusaha menjatuhkannya
dengan mencari-cari kesalahannya.
Hal ini kemudian membuatku
berfikir. Inikah yang terjadi dengan negeriku sekarang ? Negeri kita ? Tanah
air tercinta ini ? Yang setengah mati kita bela dan pertahankan walaupun banyak
bangsa di luar sana yang berusaha menjelek-jelekkan dan menjatuhkan bangsa
kita.
Masih segar di ingatanku, di
ingatan kita semua barangkali, ketika pemilihan presiden satu tahun yang lalu. Saat
capres dan cawapres hanya terdiri dari dua pasang. Indonesia seakan terbelah
menjadi dua kubu. Bahkan sahabat karib pun menjadi musuh karena beda orang yang
di dukung pada saat itu.
Banyak dari kita yang mati-matian
membela calon tertentu. Saling beradu pendapat. Mulai dari warung kopi sampai ruang
kelas pun tidak lepas dari diskusi masalah siapa yang terbaik.
Tapi sekarang, setelah Presiden
yang terpilih memiliki kinerja kerja yang buruk, seluruh rakyat seakan-akan
bersatu untuk menjatuhkannya. Lalu dimana orang-orang yang dulu mati-matian
membela dan mendukung dia ? Kemana semua orang yang dulu pasang salam 2 jari di
semua akun social medianya ? Kemana orang-orang yang berpesta pora setelah
pengumuman resmi oleh KPU siapa capres dan cawapres yang terpilih ? Kemana
semua orang-orang itu ? Mengapa semuanya malah berbalik menyerang ?
Sama juga dengan masalah Sungai
Ciliwung yang sekarang. Pemerintah memang salah karena menggusur masyarakat
yang telah lama tinggal dan menetap di sekitar Sungai Ciliwung dengan
menggunakan kekesaran dan cara-cara yang tidak pantas.
Tetapi rakyat lebih salah lagi
karena mereka baru mau pindah jika di kerasi. Pemberitahuan pemerintah agar
segera pindah di abaikan begitu saja. Pemerintah tidak sepenuhnya salah. Karena
pemerintah telah menyiapkan rusun sebagai ganti rumah-rumah warga yang di
gusur.
Inilah yang di sebut Salah Teriak
Salah. Diri sendiri yang salah malah menyalahkan orang lain.
Mungkin LPJ kami tadi adalah miniatur
dari pemerintahan negeri ini. Mulai dari ricuhnya sidang pleno sampai peserta
forum yang berusaha menjatuhkan pilihannya sendiri.
Saya membuat tulisan ini bukan
dengan maksud ingin menjatuhkan pihak tertentu. Saya hanya ingin kita berpikir
bersama tentang apa yang kita lakukan.