Selasa, 31 Desember 2013

Celotehan Akhir Tahun




Malam ini malam pergantian tahun dan merupakan malam terakhir di Tahun 2013. Dan berdasarkan angka yang di tunjukkan arlojiku, sekarang setengahjam lagi menuju pergantian tahun.

Sebenarnya tidak ada yang spesial, tidak ada yang istimewa dari malam ini selain merupakan malam pergantian Tahun Baru. Seandainya malam ini bukan merupakan momentyang ditunggu, aku tidak akan sebosan ini malam ini menunggu pergantian tahun berlangsung seorang diri di dalam kamar sambil membuat postingan ini, mendengar konser pergantian tahun di tv, dan suara kembang api yang dinyalakan tetangga.

Malam ini sebenarnya sama aja dengan malam-malam yang lain. Tapi ya maklumlah, jiwanya masih bersemangat dan penuh khayalan serta imajinasi tentang kesenangan-kesenangan yang bisa dilakukan dan dinikamti selama masa remaja.

Tapi nasib jadi anak tunggal, cewek lagi, keluar malam apalagi di malam tahun baru sekarang ini yang rawan seklai terjadi kejahatan, adalah hal yang sangat tabu untuk dilaksanakan. Untung saja hal tersebut tidak dimasukkan dalam hukum adat. Seandainya saja dimasukkan ke dalam hukum adat, akan ada banyak remaja putri yang terjaring hukum adat karena telah berkeliaran di luar rumah pada malam hari.

Suara kembang yang tadinya sempat berhenti sejenak, kini mulai terdengar lagi. Menembah kebosanan dan kejengkelanku karena tidak bisa merayakan tahun baru dengan cara yang ku harapkan. Tampaknya tahun baru ku setiap tahun tidak pernah berjalan sesuai dengan apa yang ku harapkan.

Tahun-tahun sebelumnya tahun baruku hanya ku lewati dengan nonton tv di rumah sampai tv sendiri bosan menontonku. Tahun baru di luar kota ? Pernah sih, tapi Cuma sekali, itupun gak berkesan sama sekali karena tetap tidak sesuai dengan apa yang kuharapkan tetapi sangat sesuai dengan apa yang diharapkan orang tuaku.

Ayolah !! Kapan aku bisa mendapatkan hidupku sendiri dan menjalankan semuanya sesuai dengan apa yang ku inginkan. Aku tau aku pernah berbuat kesalahan di masa lalu yang sangat tidak bisa ditolerir dan tidak boleh terulang untuk yang kedua kalinya. Mungkin karena itu orang tuaku sangat menjagaku dan tidak mengizinkanku walaupun hanya untuk sekedar bersms ria dengan teman-temanku. Tapi hal itu sangat tidak bisa dijadikan alasan mereka mengekangku bagaikan anak kecil yang belum bisa apa-apa. Sekarang usiaku sudah hampir memasuki 15 tahun dan aku sudah kelas X SMA.

Sekarang sudah saatnya aku belajar hidup, belajar mengenai tentang kehidupan ini dan bagaimana bergaul dalam masyarakat.

Tapi ya sudahlah. Mau di apa. Nasi sudah jadi bubur kacang ijo. Bagaimanapu aku melawan, sebagus apapun argumenku, tetapi tidak akan melunakkan hati mereka agar aku bisa menjalani hidupku sendiri.

Segala sesuatu itu ada waktunya. Tidak mungkin mereka akan mengekangku terus seperti ini. Aku harus hidup mandiri tanpa bantuan dan pengawasan mereka. Kapan aku akan dewasa kalau mereka.
Aku yakin, suatu saat nanti mereka pasti akan memberikanku kesempatan untuk menata hidupku sendiri.
Segala sesuatu itu akan indah pada waktunya.

Sekarang nikmati dan jalanin aja apa yang ada. Sebenarnya sih aku enjoy aja dengan hidpuku yang begini, karena dengan berada di bawah pengawasan orang tuaku, aku tidak perlu takut mengambil langkah yang salah dan menerima resiko dari semua itu. Tapi tetap saja, pada akhirnya itu tetap akan berpengaruh buruk pada pertumbuhan mentalku.

Hmmmmm. Enjoy sajalah. Nikmati hidup. Hidup itu sudah susah, jangan dibikin tambah susah ^_^.
Tahun baruan di kamar juga gak apa-apa. Kan masih ada notebook acer hitam ku yang akan selalu menemani di kala suka mauapun duka.

Di kala terang, maupun gelap. Kebetulan sekarang lagi mati lampu, jadi gelap.

Senin, 30 Desember 2013

Rabu Sial


Ku mulai hari ini dengan senyuman cerah berharap hari ku dapat berjalan dengan lancar dan baik-baik saja. Sesampai di sekolah, semuanya baik-baik saja sampai pelajaran pertama berakhir. Memasuki pelajaran kedua, mood yang sudah ku ciptakan sedemikian mungkin agar tetap baik akhirnya hancur hanya karena sifat egois ku muncul secara tiba-tiba.

Di mulai dari saat itu, semuanya berantakan. Ulangan susulan yang harusnya merupaka hal biasa dan merupakan konsekuensi karena ketidakhadiranku minggu lalu menjadi awal mula jengkel dan kesal itu muncul.

Sehabis istirahat, pelajarn Fisika di mulai, tapi aku tidak masuk karena di panggil oleh Wakamad Kesiswaan untuk persiapan LCC minggu depan. Tetapi hal tersebut tidak memakan waktu satu jam pelajaran, paling hanya beberapa menit dan kami di izinkan kembali ke kelas untuk mengikuti proses pembelajaran.

Namun sialnya, tanpa sepengetahuanku, aku di alpa. Padahalkan aku di panggil untuk kepentingan sekolah, bukan kepentingan pribadi. Tambah rusak lah mood ku saat itu. Sial, guru koq gak pengertian banget sih, kan ada pemberitahuan dan keterangan dari teman-temanku, napa harus di alpa sih ?, gerutuku dalam hati.

Belum cukup kesialanku hari ini, PR yang di berikan seminggu yang lalu belum sempat ku selesaikan karena aku tidak mengerti dengan materi pembahasannya. Sebagai hukuman karena tidak mengerjakan PR, aku dan beberapa temanku yang lain yang juga tidak mengerjakan PR di suruh berdiri di depan kelas sampai ada yang bisa mengerjakan PR tersebut walaupun hanya satu nomor.

Ingin rasanya menangis saat itu. Aku mau menangis bukan karena di suruh berdiri, tapi karena kesal pada kejadian hari ini. Pengambilan nilai olahraga, tidak tuntas. Sosiologi, susulan lisan dan harus tuntas sebelum minggu depan. Fisika, di alpa, di suruh berdiri, dan di beri ceramah gratis. Arrgghh !!! Cukup sudah kesialanku hari ini. Tapi sayang, hari itu belum berakhir. Masih ada dua pelajaran lagi sebelum aku bisa bebas dari belenggu pelajaran ini.

Untunglah, pelajaran biologi tidak semenyeramkan pelajaran-pelajaran lain pada hari ini. Biologi, aku bisa agak santai dalam meneriman pelajaran karena materinya ringan dan mudah untuk di pahami. Tapi hanya satu pelajaran itu aku bisa santai.

Kelas tambahan sore, ulangan Fisika menanti. Ingin rasanya cepat-cepat pulang.

Tapi tidak semua dari hari berjalan dengan buruk. Hari ini juga, aku merajut kenangan dengan “dia”, “dia” mengajariku bersepeda. Dan alhamdulillah, berhasil, walaupun masih kurang lancar. Walaupun begitu, kegiatan merajut kenangan tersebut tetap berakhir dengan bencana, sepeda yang ku gunakan untuk belajar bannya berhasil bocor dengan sempurna karena masuk ke dalam terali got dan harus di ganti.

Tak apalah. Yang penting hari ini aku masih bisa tertawa lepas dengannya.

Minggu, 29 Desember 2013

Game Over !!

Semuanya selesai.
Semuanya sudah berakhir. Walaupun gak berakhir dengan Happy Ending, tapi aku lega akhirnya ini berakhir.
Petualanganku selesai.

GAME OVER .. !!

Selasa, 17 Desember 2013

Sudahkah Kita Merdeka ?


Sudahkah kita merdeka ? Pertanyaan itu muncul setelah aku mengikuti kegiatan Pelatihan Jurnalistik dan Kehumasan yang dilaksanakan di Restoran Rayhan pagi tadi. Selain mendapatkan ilmu baru tentang apa dan bagaimana itu jurnalistik, serta bagaimana menjadi seorang jurnalistik yang baik, aku juga tadi seperti disadarkan kembali dari lamunanku selama ini.

Ternyata selama ini kita dibodohi dan ditipu secara mentah-mentah oleh media. Baik itu media elektronik maupun media cetak. Banyak kebohongan-kebohongan yang sebenarnya kita tau kalau hal itu adalah sebuah kebohongan, tapi menelan kebohongan itu dan menerimanya.

Dalam ilmu interaksi sosial, media menggunakan ilmu sugesti untuk mempengaruhi pikiran dan alam bawah sadar kita agar kita percaya dengan apa yang mereka sampaikan. Salah satu cara kerja sugesti adalah pemberian informasi yang sama secara terus-menerus tetapi tidak ada timbal balik atau kesempatan untuk bertanya langsung kepada yang memberikan informasi, sehingga mau tidak mau, kita akan menelan bulat-bulat informasi yang diberikan karena kita tidak bisa bertanya balik apakah hal itu benar atau tidak.

Sekarang adalah masanya rezim media, dimana semua orang sangat bergantung pada media untuk mendapatkan informasi. Saat ini adalah masa media lagi berada dipuncak kejayaannya, masa dimana media lagi hangat-hangatnya untuk disimak.

Masa penjajahan sudah lewat 68 tahun yang lalu. Tapi yang selesai hanyalah penjajahan fisik. Sekarang “para penjajah” itu tidak lagi menyerang kita menggunakan fisik, karena mereka tau, Indonesia 80% beragama Islam, dan doa orang pasti dikabulkan. Jadi kalau mereka menyerang menggunakan fisik, mereka akan kalah dengan kekuatan doa umat Islam.

Orang-orang pintar ini pun menyerang kita melalui intelektual. Kepintaran. Kecerdasan. Mereka tau, kepintaran dan kecerdasan sebagian besar orang Indonesia itu dibawah rata-rata sehingga orang Indonesia itu mudah untuk dibodoh-bodohi.

Dan salah satu senjata yang mereka gunakan untuk menyerang kita adalah melalui media. Terutama Iklan. Sebut saja Jepang, banyak produk asal negara “mantan penjajah” kita ini berlalu lalang, hilir-mudik, silih berganti tampil dan muncul di pasar lokal kita.

Kenapa Jepang ? Padahal banyak negara lain yang juga memasang iklan di media lokal kita. Sebut saja Cina misalnya.

Yamaha buatan ? Jepang. Suzuki buatan ? Jepang. Kawasaki buatan ? Jepang. Honda buatan ? Jepang.
Hampir sebagian besar produk dan merk kendaraan bermotor yang berseliweran dimedia lokal kita berasal dari Jepang. Padahal, di Jepang sendiri, tidak ada penduduknya yang mengendarai motor. Pemerintah Daerahnya melarang masyarakatnya untuk mengendarai motor, mereka menyuruh masyarakatnya untuk berjalan kaki menuju ke stasiun kereta api atau halte bus untuk berangkat ke sekolah atau ke tempat kerja.

Produsen motor di Jepang juga dilarang untuk memasarkan produk mereka di dalam negeri. Sekalipun diizinkan, pemerintah daerah memasang batasan hanya boleh memasarkan produk yang kecepatan mesinnya maksimal 50 cc.

Sedangkan di Indonesia ? Produk yang dijual kecepatan mesinnya sampai 120 dan 150 cc, sampai-sampai bajunya Komeng robek dan rambutnya Ayu ting ting berantakan.

Sekarang pertanyaannya, kenapa Jepang memilih memasarkan produknya di Indonesia ?
Jawabannya sederhana, karena orang Indonesia masih suka di jajah sama Jepang.

Setelah mengetahui semua fakta tersebut, masihkah kita berpikir bahwa kita sudah merdeka ? Setelah mendengar fakta yang dikatakan oleh Kapolres Selayar tadi, kemerdekaan yang kita raih 68 tahun yang lalu patut dipertanyakan kebenarannya. Apakah benar saat ini kita sudah benar-benar merdeka ? Apa arti kata “merdeka” yang sebenarnya ?

Itu hanyalah secuil dari ribuan fakta yang ada dimasyarakat kita yang belum terungkap.

Sudahkah kita merdeka ?
 
ReKerNoPis Blogger Template by Ipietoon Blogger Template