Sudahkah kita merdeka ? Pertanyaan itu muncul setelah aku
mengikuti kegiatan Pelatihan Jurnalistik dan Kehumasan yang dilaksanakan di
Restoran Rayhan pagi tadi. Selain mendapatkan ilmu baru tentang apa dan
bagaimana itu jurnalistik, serta bagaimana menjadi seorang jurnalistik yang
baik, aku juga tadi seperti disadarkan kembali dari lamunanku selama ini.
Ternyata selama ini kita dibodohi dan ditipu secara
mentah-mentah oleh media. Baik itu media elektronik maupun media cetak. Banyak
kebohongan-kebohongan yang sebenarnya kita tau kalau hal itu adalah sebuah
kebohongan, tapi menelan kebohongan itu dan menerimanya.
Dalam ilmu interaksi sosial, media menggunakan ilmu
sugesti untuk mempengaruhi pikiran dan alam bawah sadar kita agar kita percaya
dengan apa yang mereka sampaikan. Salah satu cara kerja sugesti adalah
pemberian informasi yang sama secara terus-menerus tetapi tidak ada timbal
balik atau kesempatan untuk bertanya langsung kepada yang memberikan informasi,
sehingga mau tidak mau, kita akan menelan bulat-bulat informasi yang diberikan
karena kita tidak bisa bertanya balik apakah hal itu benar atau tidak.
Sekarang adalah masanya rezim media, dimana semua orang
sangat bergantung pada media untuk mendapatkan informasi. Saat ini adalah masa
media lagi berada dipuncak kejayaannya, masa dimana media lagi hangat-hangatnya
untuk disimak.
Masa penjajahan sudah lewat 68 tahun yang lalu. Tapi yang
selesai hanyalah penjajahan fisik. Sekarang “para penjajah” itu tidak lagi
menyerang kita menggunakan fisik, karena mereka tau, Indonesia 80% beragama
Islam, dan doa orang pasti dikabulkan. Jadi kalau mereka menyerang menggunakan
fisik, mereka akan kalah dengan kekuatan doa umat Islam.
Dan salah satu senjata yang mereka gunakan untuk
menyerang kita adalah melalui media. Terutama Iklan. Sebut saja Jepang, banyak
produk asal negara “mantan penjajah” kita ini berlalu lalang, hilir-mudik,
silih berganti tampil dan muncul di pasar lokal kita.
Kenapa Jepang ? Padahal banyak negara lain yang juga
memasang iklan di media lokal kita. Sebut saja Cina misalnya.
Yamaha buatan ? Jepang. Suzuki buatan ? Jepang. Kawasaki
buatan ? Jepang. Honda buatan ? Jepang.
Hampir sebagian besar produk dan merk kendaraan bermotor
yang berseliweran dimedia lokal kita berasal dari Jepang. Padahal, di Jepang
sendiri, tidak ada penduduknya yang mengendarai motor. Pemerintah Daerahnya
melarang masyarakatnya untuk mengendarai motor, mereka menyuruh masyarakatnya
untuk berjalan kaki menuju ke stasiun kereta api atau halte bus untuk berangkat
ke sekolah atau ke tempat kerja.
Produsen motor di Jepang juga dilarang untuk memasarkan
produk mereka di dalam negeri. Sekalipun diizinkan, pemerintah daerah memasang
batasan hanya boleh memasarkan produk yang kecepatan mesinnya maksimal 50 cc.
Sedangkan di Indonesia ? Produk yang dijual kecepatan
mesinnya sampai 120 dan 150 cc, sampai-sampai bajunya Komeng robek dan
rambutnya Ayu ting ting berantakan.
Sekarang pertanyaannya, kenapa Jepang memilih memasarkan
produknya di Indonesia ?
Jawabannya sederhana, karena orang Indonesia masih suka
di jajah sama Jepang.
Setelah mengetahui semua fakta tersebut, masihkah kita
berpikir bahwa kita sudah merdeka ? Setelah mendengar fakta yang dikatakan oleh
Kapolres Selayar tadi, kemerdekaan yang kita raih 68 tahun yang lalu patut
dipertanyakan kebenarannya. Apakah benar saat ini kita sudah benar-benar
merdeka ? Apa arti kata “merdeka” yang sebenarnya ?
Itu hanyalah secuil dari ribuan fakta yang ada
dimasyarakat kita yang belum terungkap.
Sudahkah kita merdeka ?