Kuliah Matematika Diskrit jam
13.30.
Panas. Mengantuk. Lapar. Semua
campur jadi satu. Dosen datang terlambat. Kuliah yang dijadwalkan mulai jam
13.00 ngaret setengah jam sampai 13:30. Itu pun ketika dosen datang, tidak
langsung membahas materi. Tetapi memberikan semacam kultum yang sebenarnya pada
prakteknya penyampaiannya lebih dari 7 menit. Hal itu mungkin merupakan
kebijakan jurusan yang mewajibkan setiap dosen memberikan motivasi atau semacam
pencerahan kepada kami, mahasiswa-mahasiswa labil yang belum mengetahui tujuan
hidup yang sebenarnya.
Tapi yang ingin ku bahas kali ini
bukan mengenai kultum, dosen yang terlambat, atau pun mengenai kebijaksanaan
jurusan. Aku tidak dalam kapasitas untuk mengomentari masalah itu. Kecuali masalah
dosen yang terlambat, Karena itu bisa mengacaukan seluruh jadwal perkuliahan,
terutama jadwal istirahat yang artinya mengganggu jadwal makan dan tidur
siangku. Tapi sekali lagi yang ingin ku bahas bukan masalah itu.
Ini tentang Dia. Ya, lagi-lagi tentang
Dia. Mengapa harus tentang Dia? Entah. Mungkin Karena aku tidak bisa berhenti
memikirkannya bahkan saat dihadapkan pada soal Matematika Diskrit atau buku
paket Pemrograman C++ berbahasa Inggris yang dalam sekejap bisa mengalihkan
duniamu. Entah. Aku pun tak tau.
Siang ini, Ibu Try – Dosen
Matematika Diskrit, memberitahukan rahasia kecil kepada kami. Sebenarnya ini
tidak bisa lagi disebut rahasia Karena telah banyak orang yang mengetahuinya.
Tapi demi menghormati dosenku yang terkenal pintar itu, marilah kita sebut ini
rahasia.
Yaitu tentang BAGAIMANA CARA
MEMILIH SUAMI KETIKA BANYAK YANG DATANG MELAMAR. Sengaja pakai capslock supaya
tulisannya jelas dan kalian tidak salah baca. Dan ya, kalian tidak salah baca.
Kuliah Matematika Diskrit siang ini seketika berubah menjadi forum majlis
ta’lim.
Kami – mahasiswa-mahasiswa labil
yang bahkan masih belum terlalu mengerti apa itu cinta, diajak berdiskusi
masalah pernikahan bahkan sampai ke masalah suami dan lamaran. Aku rasa, gaya
pacaran yang abi-umi, papa-mama, ayah-bunda, atau pacaran islami yang
berdalihkan ta’aruf tetapi ta’arufannya melewati batas waktu ta’aruf
seharusnya, atau yang mengaku tidak pacaran tapi saling suka saling sayang dan
pada akhirnya tetap Nampak seperti orang pacaran, belum lah pantas untuk diajak
bicara mengenai hal serius seperti ini.
Tapi, ya, topik ini bukan lagi
hal yang tabu atau tidak pantas dibicarakan dikalangan kami, Karena usia kami
memang sudah memasuki usia yang diperbolehkan menikah baik oleh hukum agama
maupun hukum negara. Lagipula, setelah lulus kuliah dan wisuda, hal apalagi
yang akan dilakukan selain cari pekerjaan dan menikah, kan?
Apa hubungannya Dia dengan topik
kultum ibu Try?
Tentu saja berhubungan. Dia
cowok. Otomatis dia akan jadi suami. Sebelum jadi suami dia harus menikah dulu.
Dan sebelum menikah dia harus melamar dulu.
Begitu pun denganku. Aku ini
cewek. Otomatis akan jadi istri. Tetapi sebelum itu aku harus menikah dulu.
Sebelum menikah aku harus dilamar. Dan jika banyak yang datang melamar, tentu
saja aku harus memilih yang pantas dan cocok untuk menjadi imamku.
Sekarang sudah liat hubungannya? Iya
Sudah paham? Iya
Oke, kalau begitu aku tidak perlu
menulis lagi.
Tunggu dulu, terus masalahnya di mana? Bahas panjang lebar hanya untuk
itu? Itu sih buang-buang waktu.
Kalau masih belum paham dengan
apa yang ku maksud, baiklah akan ku jelaskan.
Dia adalah pria ku cintai selama
dua tahun belakangan ini. Ah, memikirkannya malah membuatku tambah jatuh hati
padanya. Dia baik, lucu, jahil, dan yang terpenting dia bertanggung jawab.
Sejak pertama jatuh hati padanya, sejak saat itu juga ku niatkan aku hanya
ingin menikah dengannya. Bukan dengan yang lain. Walaupun banyak yang lebih
baik darinya, tapi bagiku hanya dia yang ku inginkan.
Dia yang ku kenal dulu pintar,
cukup paham agama, mengajinya juga bagus, rajin shalat, walaupun agak nakal.
Dia memenuhi semua kriteria yang
diucapkan Ibu Try dalam kultumnya. Beliau berpesan, jika nanti
ingin memilih
calon suami, pilihlah yang baik akhlaknya, bagus shalatnya, bagus bacaan qur’annya,
Karena suami lah yang nantinya akan membimbing kita ke depannya.
Dia juga sopan. Tau bagaimana
bersikap dan menempatkan diri. Pokoknya dia memenuhi semua kriteria itu. Jadi,
tidak salah dong kalau dulu aku menginginkan dia untuk menjadi imamku.
Tapi, entah kenapa, akhir-akhir
ini sikapnya berubah. Dia tidak lagi seperti dulu. Dia tidak seperti dirinya
yang ku kenal dulu. Dia berubah. Dia mulai bertindak seenaknya, sesuka hatinya.
Bahkan perlahan dia mulai meninggalkan hal-hal baik yang sering dilakukannya
dulu.
Hmm…
Jujur, aku rindu kamu yang dulu.
Aku sekarang kehilangan dirimu. Walaupun begitu, aku tetap mencintaimu. Karena
aku mengenalmu. Ini bukanlah dirimu. Ada hal yang salah makanya kamu bersikap
seperti ini. Aku tau itu. Ada yang tidak baik-baik saja. Hatimu, mungkin.
Karena jika semuanya baik-baik saja kamu tidak akan seperti ini, kamu tidak
akan bersikap begini.
Kau tau, aku sedih setiap kali
mengingat hal ini.
Aku menginginkanmu untuk menjadi
imamku. Aku ingin menikah denganmu. Hidup denganmu. Bersama denganmu selamanya.
Aku menginginkamu.
Tapi sikapmu yang sekarang
membuatku ragu. Membuatku ragu akan pilihanku sendiri. Membuatku ragu akan
keyakinan yang dulu ku percayai dengan sepenuh hati. Membuatku ragu terhadap
dirimu.
Kamu sekarang abu-abu buatku.
Hal ini sebenarnya cukup
membingungkan. Aku tidak tau harus cerita pada siapa. Jadi daripada memendam
perasaan lebih baik ku tuangkan dalam bentuk tulisan dengan sedikit harapan kamu
membacanya dan dapat mengambil sikap terhadap apa yang ku maksud.
Untukmu, manusia yang ku maksud
dalam tulisan ini, ketahuilah bahwa aku tidak pernah menceritakan,
memberitahukan kepada siapa pun tentang apa yang ada dalam tulisan ini, jadi ku
harap kamu tidak marah dengan beranggapan duluan bahwa hal ini lebih dulu ku
ceritakan kepada orang lain dibanding dirimu. Tenanglah, aku tidak akan
memberitahukannya kepada orang lain. Lagipula, jika ada waktu dan kesempatan,
aku akan memberitahukan langsung hal ini kepadamu.
Jikapun ada yang membacanya
sebelum kamu, kemungkinan besar dia tidak akan tau siapa yang ku maksud.
Kecuali mungkin beberapa makhluk aneh yang ku sebut sahabat, hehe.