Kamis, 14 Desember 2017

Kamu Abu-Abu


Kamis, 18 September 2017

Kuliah Matematika Diskrit jam 13.30.

Panas. Mengantuk. Lapar. Semua campur jadi satu. Dosen datang terlambat. Kuliah yang dijadwalkan mulai jam 13.00 ngaret setengah jam sampai 13:30. Itu pun ketika dosen datang, tidak langsung membahas materi. Tetapi memberikan semacam kultum yang sebenarnya pada prakteknya penyampaiannya lebih dari 7 menit. Hal itu mungkin merupakan kebijakan jurusan yang mewajibkan setiap dosen memberikan motivasi atau semacam pencerahan kepada kami, mahasiswa-mahasiswa labil yang belum mengetahui tujuan hidup yang sebenarnya.

Tapi yang ingin ku bahas kali ini bukan mengenai kultum, dosen yang terlambat, atau pun mengenai kebijaksanaan jurusan. Aku tidak dalam kapasitas untuk mengomentari masalah itu. Kecuali masalah dosen yang terlambat, Karena itu bisa mengacaukan seluruh jadwal perkuliahan, terutama jadwal istirahat yang artinya mengganggu jadwal makan dan tidur siangku. Tapi sekali lagi yang ingin ku bahas bukan masalah itu.

Ini tentang Dia. Ya, lagi-lagi tentang Dia. Mengapa harus tentang Dia? Entah. Mungkin Karena aku tidak bisa berhenti memikirkannya bahkan saat dihadapkan pada soal Matematika Diskrit atau buku paket Pemrograman C++ berbahasa Inggris yang dalam sekejap bisa mengalihkan duniamu. Entah. Aku pun tak tau.

Siang ini, Ibu Try – Dosen Matematika Diskrit, memberitahukan rahasia kecil kepada kami. Sebenarnya ini tidak bisa lagi disebut rahasia Karena telah banyak orang yang mengetahuinya. Tapi demi menghormati dosenku yang terkenal pintar itu, marilah kita sebut ini rahasia.
Yaitu tentang BAGAIMANA CARA MEMILIH SUAMI KETIKA BANYAK YANG DATANG MELAMAR. Sengaja pakai capslock supaya tulisannya jelas dan kalian tidak salah baca. Dan ya, kalian tidak salah baca. Kuliah Matematika Diskrit siang ini seketika berubah menjadi forum majlis ta’lim.

Kami – mahasiswa-mahasiswa labil yang bahkan masih belum terlalu mengerti apa itu cinta, diajak berdiskusi masalah pernikahan bahkan sampai ke masalah suami dan lamaran. Aku rasa, gaya pacaran yang abi-umi, papa-mama, ayah-bunda, atau pacaran islami yang berdalihkan ta’aruf tetapi ta’arufannya melewati batas waktu ta’aruf seharusnya, atau yang mengaku tidak pacaran tapi saling suka saling sayang dan pada akhirnya tetap Nampak seperti orang pacaran, belum lah pantas untuk diajak bicara mengenai hal serius seperti ini.

Tapi, ya, topik ini bukan lagi hal yang tabu atau tidak pantas dibicarakan dikalangan kami, Karena usia kami memang sudah memasuki usia yang diperbolehkan menikah baik oleh hukum agama maupun hukum negara. Lagipula, setelah lulus kuliah dan wisuda, hal apalagi yang akan dilakukan selain cari pekerjaan dan menikah, kan?

Apa hubungannya Dia dengan topik kultum ibu Try?

Tentu saja berhubungan. Dia cowok. Otomatis dia akan jadi suami. Sebelum jadi suami dia harus menikah dulu. Dan sebelum menikah dia harus melamar dulu.

Begitu pun denganku. Aku ini cewek. Otomatis akan jadi istri. Tetapi sebelum itu aku harus menikah dulu. Sebelum menikah aku harus dilamar. Dan jika banyak yang datang melamar, tentu saja aku harus memilih yang pantas dan cocok untuk menjadi imamku.

Sekarang sudah liat hubungannya? Iya

Sudah paham? Iya

Oke, kalau begitu aku tidak perlu menulis lagi.

Tunggu dulu, terus masalahnya di mana? Bahas panjang lebar hanya untuk itu? Itu sih buang-buang waktu.

Kalau masih belum paham dengan apa yang ku maksud, baiklah akan ku jelaskan.
Dia adalah pria ku cintai selama dua tahun belakangan ini. Ah, memikirkannya malah membuatku tambah jatuh hati padanya. Dia baik, lucu, jahil, dan yang terpenting dia bertanggung jawab. Sejak pertama jatuh hati padanya, sejak saat itu juga ku niatkan aku hanya ingin menikah dengannya. Bukan dengan yang lain. Walaupun banyak yang lebih baik darinya, tapi bagiku hanya dia yang ku inginkan.

Dia yang ku kenal dulu pintar, cukup paham agama, mengajinya juga bagus, rajin shalat, walaupun agak nakal.

Dia memenuhi semua kriteria yang diucapkan Ibu Try dalam kultumnya. Beliau berpesan, jika nanti
ingin memilih calon suami, pilihlah yang baik akhlaknya, bagus shalatnya, bagus bacaan qur’annya, Karena suami lah yang nantinya akan membimbing kita ke depannya.

Dia juga sopan. Tau bagaimana bersikap dan menempatkan diri. Pokoknya dia memenuhi semua kriteria itu. Jadi, tidak salah dong kalau dulu aku menginginkan dia untuk menjadi imamku.
Tapi, entah kenapa, akhir-akhir ini sikapnya berubah. Dia tidak lagi seperti dulu. Dia tidak seperti dirinya yang ku kenal dulu. Dia berubah. Dia mulai bertindak seenaknya, sesuka hatinya. Bahkan perlahan dia mulai meninggalkan hal-hal baik yang sering dilakukannya dulu.

Hmm…

Jujur, aku rindu kamu yang dulu. Aku sekarang kehilangan dirimu. Walaupun begitu, aku tetap mencintaimu. Karena aku mengenalmu. Ini bukanlah dirimu. Ada hal yang salah makanya kamu bersikap seperti ini. Aku tau itu. Ada yang tidak baik-baik saja. Hatimu, mungkin. Karena jika semuanya baik-baik saja kamu tidak akan seperti ini, kamu tidak akan bersikap begini.
Kau tau, aku sedih setiap kali mengingat hal ini.

Aku menginginkanmu untuk menjadi imamku. Aku ingin menikah denganmu. Hidup denganmu. Bersama denganmu selamanya.

Aku menginginkamu.

Tapi sikapmu yang sekarang membuatku ragu. Membuatku ragu akan pilihanku sendiri. Membuatku ragu akan keyakinan yang dulu ku percayai dengan sepenuh hati. Membuatku ragu terhadap dirimu.
Kamu sekarang abu-abu buatku.

Hal ini sebenarnya cukup membingungkan. Aku tidak tau harus cerita pada siapa. Jadi daripada memendam perasaan lebih baik ku tuangkan dalam bentuk tulisan dengan sedikit harapan kamu membacanya dan dapat mengambil sikap terhadap apa yang ku maksud.

Untukmu, manusia yang ku maksud dalam tulisan ini, ketahuilah bahwa aku tidak pernah menceritakan, memberitahukan kepada siapa pun tentang apa yang ada dalam tulisan ini, jadi ku harap kamu tidak marah dengan beranggapan duluan bahwa hal ini lebih dulu ku ceritakan kepada orang lain dibanding dirimu. Tenanglah, aku tidak akan memberitahukannya kepada orang lain. Lagipula, jika ada waktu dan kesempatan, aku akan memberitahukan langsung hal ini kepadamu.

Jikapun ada yang membacanya sebelum kamu, kemungkinan besar dia tidak akan tau siapa yang ku maksud. Kecuali mungkin beberapa makhluk aneh yang ku sebut sahabat, hehe. 
 
ReKerNoPis Blogger Template by Ipietoon Blogger Template