Dua bulan
belakangan ini adalah minggu-minggu tersibuk dalam hidupku. Untuk pertama
kalinya dalam hidupku aku mengalami kesibukan yang super duper sibuk dan tidak
punya kesempatan barang sedtikpun untuk istirahat.
Dimulai dari
hari-hari pertama masuk sekolah, baru beberapa hari sekolah dimulai, sudah ada
pengumuman rapat untuk pengurus OSIS. Sebagai pengurus yang bertanggung jawab,
aku pun menghadiri rapat itu. Dan ternyata rapat itu membahas tentang acara
maulid yang akan di adakan di sekolah.
Belajar dari
pengalaman sebelumnya waktu jadi panitia pelaksana up grading dan rapat OSIS,
aku sih sebenarnya mau jadi seksi dokumentasi lagi, jepret sana jepret sini
lagi, keluar masuk ruangan berlagak seperti dokumentator profesional lagi. Tapi
sayangnya dalam kegiatan kali ini, aku tidak bisa menjabat posisi “sakral” itu.
Di kegiatan maulid ini, aku harus rela menjadi sekretaris pantia, membantu
sekretaris OSIS melaksanakan tugasnya. Karena sebenarnya aku tidak tega melihat
kak jihad bekerja terlalu keras tanpa ada yang membantunya. Ini kan OSIS. OSIS
itu organisasi. Dan organisasi itu punya banyak anggota dan pengurus. Masa Cuma
satu orang doang sih yang kerja. Kan gak adil. Makanya aku mengajukan diri dan
bersedia menjadi sekretaris panitia asalkan sekum OSIS mau membantuku dalam
melaksanakan tugas. Selain mau meringankan beban sekum, aku juga mau
meringankan beban ketosku yang sudah setengah mampus teriak-teriak di depan
hanya untuk bertanya siapa yang mau jadi sekretaris.
Lagipula, posisi
sebagai sekretaris adalah jabatan favoritku sejak SD. Dari dulu aku suka banget
dan mau banget jadi sekretaris. Soalnya
dalam pikiranku, sekretaris itu tugasnya selalu berhubungan dengan ketik
mengetik dan tulis menulis, dan aku sangat menyukai kedua hal tersebut.
Awalnya aku kira,
jadi sekretaris panitia pelaksana maulid bukanlah hal yang sulit. Yang harus ku
bikin palingan surat keluar ke beberapa instansi, wali murid, tokoh agama,
tokoh masyarakat, dan tokoh-tokoh yang lain. Kan gampang, tinggal bikin satu
surat, kemudian print dan fotocopy perbanyak. Sudah. Beres. Isinya kan sama
semua, jadi tinggal ganti bagian atasnya doank. Gak perlu susah-susah ngetik
surat banyak-banyak.
Tanggal
pelaksanaan maulid yang sudah di tentukan waktu rapat molor beberapa minggu
karena pihak sekolah menunggu kedatangan dan kehdiran kepala sekolah dalam
acara tersebut. Sebagai sekretaris yang waktu hari-hari awal setalah
pembentukan panitia sibuk bolak-balik kantor-sekret OSIS demi membuat format
surat yang benar bisa sedikit berlega hati, karena itu artinya waktuku untuk
membuat surat bisa lebih banyak, jadi aku tidak perlu terlalu over membuat
surat, aku bisa santa-santai dulu untuk beberapa waktu.
Di luar dugaan,
ternyata tanggal yang sudah di sepakati bersama oleh pihak sekolah dan juga
kepala sekolah di mundurkan lagi karena ada perkemahan yang akan di laksanakan
bersamaan dengan maulid di sekolah. Berhubung perkemahan bersifat keseluruhan,
hampir semua sekolah ikut dalam perkemahan tersebut, maka maulid pun jadwalnya
kembali molor. Maulid di undur sampai satu minggu setelah perkemahan.
Aku semakin
berlega hati. Karena masih ada sangat banyak waktu untuk membuat surat. Belum
lagi ternyata dalam pelaksanaan maulid, aku harus membuat proposal demi bisa
mendapatkan tambahan dana untuk melaksanakan kegiatan tersebut. Membuat
proposal bukanlah hal yang mudah. Apalagi sebelumnya aku belum pernah membuat
proposal kegiatan apapun. Ini adalah pertama kalinya buatku. Dan wakamad
kesiswaan sudah bosan menagihku proposal yang ku buat, solanya proposal tersbeut
tak kunjung selesai.
Tapi penyerahan proposal itu juga dapat di tangguhkan
hingga perkemahan selesai. Syukurlah aku ikut perkemahan. Jadi beban maulid
bisa di simpan rapi dulu untuk sementara.
Nah, di sini
mulai lagi. Kesibukan maulid belum selesai, malah ada surat yang masuk ke
sekolah bahwa akan ada perkemahan dalam memperingati maulid nabi. Berhubung aku
juga anggota pramuka, perkemahan adalah salah satu hal yang ku tunggu-tunggu.
Alhamdulillah, tanpa harus berjuang keras menunjukkan kemampuan dan merengek-rengek
ke senior supaya bisa ikut, aku sudah di pilih lebih dulu oleh pembina. Ya
maklumlah, namanya juga anak kebanggaan negara, warisan berharga dunia, jadi
pastinya di pilih lah. Hehehe.
Tapi walaupun
sudah di pilih sama pembina, aku tetap harus ikut latihan rutin yang semakin
mendekat ke hari H latihannya semakin rutin, sebagai persiapan untuk mengikuti
lomba yang akan di laksanakan di perkemahan.
Mulai dari sini,
hingga beberapa hari selanjutnya, sekolah seakan menjadi rumah keduaku. Pulang
sekolah jam 4 sore, mandi, shalat, ke sekolah lagi. Begitu terus hingga
menjelang perkemahan. Saking inginnya mendapat juara, hari ahad pun kami tetap
latihan. Betul-betul hari-hari yang sibuk. Karena hal itu, aku baru ada di
rumah setelah maghrib. Untunglah waktu itu masih terhitung awal-awal masuk
sekolah, jadi pr dan tugas belum terlalu menumpuk.
Perkemahan bagiku
bukan hanya sekedar berkumpul dan berkompetensi dengan sesama anggota pramuka,
tapi juga bisa sebagai hari libur pribadi. Walaupun tidak libur secara resmi.
Tapi bisa tidak mengikuti kegiatan sekolah selama beberapa hari tanpa harus
susah-susah bikin surat sakit atau cari alasan bua izin, bahkan di beri izin
langsung oleh pihak sekolah adalah hal yang menyenangkan. Apalagi di tempat
perkemahan, kita tidak perlu pusing memikirkan masalah apapun. Sekalipun ada
lomba, semuanya di hadapi dengan santai. Tidak perlu terlalu tegang.
Aku mewakili
sekolah ku untuk lomba pidato, konsep sepanjang dua lembar kertas A4 harus bisa
ku kuasai dalam waktu kurang dari dua hari. Untuk dapat tampil maksimal dan
sempurna, waktu dua hari bukanlah waktu yang banyak. Awalnya aku agak tegang,
tapi suasana di perkemahan yang santai dan nyaman membuat semua ketegangan itu
hilang.
Setelah pulang
dari perkemahan dan hanya berhasil meraih juara 3 lomba pidato, aku ingin
sedikit bersantai melepas penat dan lelah dari perkemahan. Tapi sayang,
keinginanku itu tidak di setujui oleh yang Maha Kuasa.
Sepulang dari
perkemahan, ternyata pekerjaan yang telah ku abaikan untuk beberapa hari
menyambutku dengan hangat dan tidak membiarkan untuk kembali beristirahat. Hari
pertama sekolah, sepulang dari perkemahan, wakamad kesiswaan langsung
memanggilku dan menagih semua surat dan proposal yang hari itu seharusnya sudah
jadi dan siap edar.
Aku baru sadar,
ternyata maulid, di hitung dengan hari itu, tinggal 4 hari lagi. Dan disitu pun
aku baru sadar, seperti tersambar petir, bangun dari mimpih indahku, ternyata
sudah tidak ada waktu untuk bersantai-santai lagi.
Saking tidak
adanya waktu untuk bersantai, aku dan segenap pantia inti di suruh tinggal di
kantor dan di izinkan untuk tidak mengikuti pelajaran pada hari itu demi
menyelesaikan pekerjaan yang sempat terbengkalai selama beberapa hari.
Hari itu rasanya
aku capek sekali. Belum hilang rasa capek dari perkemahan, pekerjaan yang
menumpuk ternyata sudah menunggu. Keluar masuk kantor, naik turun tangga,
keluar masuk lab komputer, dan menandatangi secara langsung berlembar-lembar
surat yang tidak dapat di fotocopy menjadi pengganti kegiatan belajar ku hari
itu.
Mulai dari pagi,
sehabis upacara, hingga siang menjelang pulang sekolah, aku tidak pernah keluar
dari kantor. Jajan pun tak sempat. Dan
hal tersebut berlangsung begitu terus hingga 3 hari berikutnya. Selama tiga hari
itu aku tidak pernah sekalipun masuk ke kelas untuk mengikuti pelajaran. Genap
sudah satu minggu ketertinggalan ku tidak mengikuti pelajaran. Akibat
organisasi, pelajaranku jadi keteteran.
Belum lagi aku
harus mendatangi beberapa alumni dan perintis MAN Bontoharu untuk meminta tambahan
dana. Untungnya mereka bekerja di tempat yang sama, jadi aku tidak perlu
terlalu menyusahkan orang untukmenemaniku mencari orang-orang ini.
Sehari sebelum
hari H, di adakan rapat permantapan sekalgus menunjuk orang-orang yang akan
bertugas besok. Rapat berlangsung kurang baik karena banyak dari peserta yang
meninggalkan forum begitu saja tanpa minta izin terlbih dahulu. Akhirnya rapat
pun di adakan seadanya saja dan langsung di tutup dengan ucapan salam dari
ketua osis tanpa melalui basa-basi terlebih dahulu. Tampaknya dia jengkel
karena peserta rapat tidak mengerti tentang cara berorganisasi.
Hari yang di
tunggu-tunggu pun tiba. Peringatan maulid nabi muhammad saw yang telah
dipersiapkan sebulan yang lalu pun jadi dan terlaksanakan hari itu. Semua panitia
was-was, termasuk dengan wakamad kesiswaan yang tampaknya menjadi penanggung
jawab umum acara ini.
Alhamdulillah,
syukur beribu syukur ku panjatkan ke hadirat Allah swt, acara yang telah
menyita waktuku dan waktu beberapa orang yang terlibat di dalamnya berjalan
dengan sukses. Walaupun di awal ada beberapa kerusuhan karena pantia penjemput
tamu terlambat hadir di tempat sehingga ada beberapa tamu yang tidak mendapat
souvenir. Tapi tak apalah, selain dari itu, semunya berjalan lancar.
Maulid ini
menjadi lebih spesial karena di hadiri langsung oleh Bupati Kepulauan Selayar,
H.Syahrir Wahab dan Kaporles Selayar, AKBP Muhammad Hidayat B, SH, S.Ik, MH.
Dan juga oleh beberapa tokoh agama dan tokoh masyarakat.
Yang paling
membanggakan dari acara kali ini adalah karena aku merupaka sekretaris pantia
acara ini. Sehingga semua undangan yang sampai ke orang yang hadir di perayaan
maulid ini melihat namaku dan tandatangan ku tercantum sebagai sekretaris
paniti di undangan itu.
Walaupun secara
teknis, bukan aku yang membuat surat-surat undangan itu. Yang membuatnya adalah
wakamad kurikulum yang bersedia membantuku mengatasi kerumitan yang tidak
mungkin dapat ku selesaikan sendiri ini. Maulid nabi bukanlah acara
sembarangan. Apalagi ini yang di undang bukan hanya warga sekolah, tapi juga
masyarakat umum. Jadi pembuatan suratnya harus dilakukan dengan benar-benar,
bukan oleh amatiran sepertiku yang baru belajar menjadi sekretaris yang baik.