You’re crazy and I’m
out of my mind.”
Itulah dua kalimat penggalan lagu All Of Me-nya
John Legend. Dari dua penggalan kalimat tersebut kita dapat melihat bahwa lagu
itu bercerita tentang seseorang yang memiliki kekuatan super karena dia bisa bernafas dalam air dan dia mencintai seseorang yang gila, tetapi dia juga
sebenarnya gila (?)
Entah apa maksud lagu ini. Saya masih dalam
tahap mempelajari bagaimana cara berbahasa Inggris dengan baik dan benar. Jadi
jika dua kalimat tersebut diartikan kurang lebih begitulah maksud dari lagu tersebut. Kalau kata
guru Biologi ku sih maksud dari itu lagu tersirat, bukan tersurat.
Ah, entahlah. Mengartikannya ke dalam bahasa
Indonesia yang benar saja masih butuh perjuangan apalagi kalau harus mencari
makna yang tersembunyi dibalik susunan kata-kata tersebut.
Kalau kata orang bijak sih selalu ada hikmah di
balik setiap peristiwa. Mungkin dengan tidak pahammnya aku dengan lirik lagu
tersebut mengandung hikmah tersembunyi yang baru akan ku pahami beberapa waktu
yang akan datang.
Sebanarnya tidak susah mencari
hikmah. Tinggal datang ke kelas XI IPS 2, terus bertanya baik-baik mana hikmah,
pasti mereka akan senang hati menjawab. Bukan
hikmah yang itu !
Begitu juga yang disebutkan oleh guru Kajian
Jum’at ku, tapi dengan versi yang sedikit berbeda.
Segala sesuatu yang diberikan oleh Allah itulah
yang terbaik.
Pernyataan tersebut di dukung dengan sebuah
kisah nyata yang beliau bacakan kepada kami.
…
Alkisah, ada seorang raja yang memiliki seorang
perdana menteri yang sangat ia kasihi, sayangi, dan percayai.
Suatu ketika, sang raja mengalami kecelakaan
yang mengharuskan telunjuk, jari tengah, dan jari tengahnya di potong. Lalu ia
memanggil perdana menteri kepercayaannya itu dan berkata, “Sekarang aku cacat.
Apa yang harus ku lakukan dengan tangan cacat ini ? Mengapa Tuhan menjadikanku
seperti ini ?”
Lalu dengan tenang sang perdana menteri
menjawab, “Apa yang diputuskan oleh Allah itulah yang terbaik.”
Karena tidak senang mendengar jawaban perdana
menteri, sang raja memerintahan kepada para pengawalnya untuk memenjarakan
perdana menteri di penjara bawah tanah. Sekali kali dengan tenang perdana
menteri menanggapi perintah tersebut sambil berkata, “Apa yang diputuskan oleh
Allah itulah yang terbaik.”
Berminggu-minggu kemudian setelah kejadian
tersebut, sang raja pergi berburu dengan para pengawalnya. Saking asyiknya
berburu, dia mengejar hewan buruannya tersebut sampai jauh ke dalam hutan.
Saking jauhnya dia sampai keluar dari wilayah kekuasannya dan memasuki wilayah
kekuasaan milik kerajaan lain.
Dan di tengah hutan tersebut terdapat sebuah
suku. Suku tersebut merupakan penyembah berhala. Ketika melihat sang raja, suku
tersebut langsung menangkap sang raja dan berniat menjadikannya tumbal untuk
persembahan yang akan mereka adakan.
Untungnya untuk melakukan persembahan tersebut,
korban yang akan dijadikan tumbal harus memiliki fisik yang sempurna, tidak
boleh cacat sedikit pun. Sementara sang raja telah kehilangan tiga jarinya
akibat kecelakaan yang di alaminya beberapa minggu yang lalu. Karena secara
fisik sang raja tidak sempurna sehingga tidak memenuhi syarat untuk di jadikan
tumbal, maka sang raja dibebaskan.
Sang raja pun kembali ke istana dan
memerintahkan agar perdana menteri segera di bebaskan. Setelah perdana menteri dibebaskan,
sang raja lalu berkata ke perdana menteri, “Wahai Perdana Menteri, sesungguhnya
apa yang engkau sampaikan kepadaku tempo hari benar. Seandainya saja aku tidak
cacat seperti ini, pastilah aku tidak dapat kembali lagi ke istana ini. Lalu,
apakah hikmahnya engkau dimasukkan kedalam penjara wahai Perdana Menteri ?”
Lalu Perdana Menteri menjawab, “Jika saja aku tidak
dimasukkan ke dalam penjara, pastilah aku akan ikut dalam perburuanmu itu wahai
Yang Mulia. Dan jika engkau terlalu jauh masuk ke dalam hutan pastilah aku akan
mengikutiku karena aku harus memastikan keselamatanmu menjagamu dengan seluruh
hidupku. Maka kita berdua akan sama-sama tertangkap oleh suku dan dijadikan
tumbal. Tapi karena engkau cacat, tentu saja mereka akan mencari penggantimu. Siapa
kiranya yang akan menjadi penggantimu ? Tentu saja aku bukan ? Maka itulah
hikmah di balik dimasukkannya aku ke dalam penjara.”
…
Kira-kira apa pesan yang kalian dapatkan dari
kisah tersebut ?
Kalau menurut aku, seberat apa pun masalah
dunia yang menimpamu, jika itu merupakan kehendak Allah maka pasti ada hikmah
di balik terjadinya musibah itu.
Biasanya sih aku jarang memperhatikan apa yang
disampaikan oleh guru Kajian Jum’atku. Tapi masalah ini sangat tepat dengan
kondisiku sekarang. Tidak di izinkannya aku ke Malino pastilah memiliki hikmah
tersembunyi di balik semua itu. Sambil mencerna apa yang disampaikan oleh
guruku, aku juga berpikir, kira-kira apa ya hikmah dibalik tidak di izinkannya
aku pergi ke Malino ? Akankah itu dapat mengurangi, menghilangkan, bahkan menghapus
semua rasa sedih dan kecewa yang ku rasakan karena harus tinggal di Selayar
sementara teman-temanku pergi ke Malino ?
Ternyata oh ternyata, tidak butuh waktu lama
untuk melihat hikmah di balik semua itu. Aku sudah mendapatkan hikmahnya dan
itu cukup membahagiakan.
Salah satu factor yang membuatku ngebet banget mau
ikut ke Malino adalah karena Mr. Charming juga ikut. Kalau Mr. Charming ikut,
yakin dan percaya, kegiatan yang awalnya memang seru ditambah dengan kehadiran
Mr. Charming pasti serunya akan bertambah. Mereka akan memiliki pengalaman yang
tak terlupakan di Bumi Perkemahan Malino.
Aku tidak sanggup membayangkan itu semua
terjadi dan aku tidak menjadi bagian dari keseruan dan pengalaman yang mereka
miliki. Alay_-
Tapi syukur Alhamdulillah, kemungkinan besar
Mr. Charming tidak jadi ikut karena di Selayar banyak kegiatan yang harus dia
selesaikan. Salah satunya adalah mempersiapkan video untuk Pameran Pendidikan
yang akan dilaksanakan tanggal 26 April mendatang.
Pameran with Mr. Charming !! Hehehe. Kayaknya gak
bakal kalah seru deh sama perkemahan anak pramuka itu. Idha juga setuju dengan
pernyataan tersebut. Kami kan senasib. Sama-sama mau ke Malino tapi gak ada
yang ngajak, jadinya kita satu pemikiran deh *^_^*
Tapi ngomong-ngomong masalah hikmah, aku masih bingung,
jika apa yang diputuskan oleh Allah itulah terbaik, lalu bagaimana cara kita
membedakan mana yang atas kehendak Allah dan mana yang kita sendiri memaksakan
kehendak ?
Idha yang saat itu ada disampingku menjawab, “Kalau
kehendak Allah itu pasti ada hikmah dibalik terjadinya peristiwa itu, tetapi
jika tidak ada hikmahnya maka itu hanya kita sendiri yang memaksakan kehendak
sehingga kita sendiri juga yang kena batunya.”
Mendengar jawaban Idha, aku refleks melirikanya dan bergumam dalam hati, "Hm, jawaban yang pintar." Tumben benar ucapannya anak satu ini. Let’s clapping hand for her answer.