Hello Friday !!
Happy Friday everybody … !!
Happy Friday everybody … !!
Pasti beberapa dari kalian
bahagia menyambut hari Jum’at.
Ya iyalah, secara hari Jum’at itu kan gerbang menuju weekend. And that is the
meaning HOLIDAY !! Horee !!
Buat yang punya pacar pasti bahagia karena bisa malam mingguan dengan sang kekasih hati. Yang jomblo juga bahagia karena bisa main game sepuasnya. Aku sih malam mingguannya menghafal Al-Qur’an bareng teman-teman di sekolah, jadi semacam pesantren Sabtu-Ahad gitu. Jadi buat situ-situ yang jomblo, yuk mari gabung sama saya malam mingguan bareng Al-Qur’an. Daripada kita bikin dosa mending nabung pahala buat di bawa pulang kampung kelak.
Buat yang punya pacar pasti bahagia karena bisa malam mingguan dengan sang kekasih hati. Yang jomblo juga bahagia karena bisa main game sepuasnya. Aku sih malam mingguannya menghafal Al-Qur’an bareng teman-teman di sekolah, jadi semacam pesantren Sabtu-Ahad gitu. Jadi buat situ-situ yang jomblo, yuk mari gabung sama saya malam mingguan bareng Al-Qur’an. Daripada kita bikin dosa mending nabung pahala buat di bawa pulang kampung kelak.
Hari Jum’at memang menyenangkan. Tapi sayangnya
Hari Jum’at ku kali ini sangat-sangat tidak menyenangkan.
Kenapa ?
Karena kemarin sepulang sekolah aku mendapat
kabar. Nuni ikut perkemahan Pramuka di Malino. Kabar macam apa ini ? Aku gak
salah dengar kan ? Koq bisa ? Waktu pemberangkatan tinggal satu minggu dan dia
terpilih untuk ikut ?
Kabar tersebut membuatku jatuh hati. Eh salah,
bukan jatuh hati, kalau jatuh hati kan maksudnya jatuh cinta gitu, ini bukan
jatuh cinta, tapi kecewa. Dan itu kecewanya pake banget. Saking kecewanya tidak
bisa digambarkan dengan kata-kata. Ini kecewanya udah memasuki skala nasional
bahkan internasional.
Sejak berminggu-minggu yang lalu aku memang
sudah kecewa, sudah kesal, sudah marah, sudah sedih, sudah pengen nangis, tapi
aku berusaha untuk legowo¸ untuk
menerima, ikhlas, ridha menerima keputusan bahwa aku tidak bisa ikut ke Malino, tapi mendengar kabar kalau Nuni ikut ke Malino, usaha legowo yang ku lakukan selama berminggu-minggu ini GATOT a.k.a GAgal TOTal.
Oh Tuhan ! Ini Malino ! Daerah perbukitan yang
ku yakini memiliki pemandangan yang luar biasa indah. Daerah dimana SMA Tinggi
Moncong, salah satu sekolah unggulan di Sulawesi Selatan, sekolah yang gossipnya anak terbodoh di sekolah itu bisa bebas tes masuk di UNHAS bertempat. Sejak pertama
kali mengenal daerah itu, aku selalu berharap bisa melihat panorama indah
perbukitan Malino.
Saat aku dengar bahwa anak pramuka akan
menghadiri perkemahan pramuka tingkat provinsi di Malino, aku mau banget ikut. Tapi
sayang, karena kesalahan yang ku lakukan di waktu yang lalu, kepercayaan orangtuaku
terhadapku kini berkurang, sehingga jika ada event-event seperti ini, maka
sudah bisa dipastikan aku tidak akan di izinkan untuk turut berpartisipasi di dalamnya.
Mau merengek seperti apa pun tetap tidak akan
di izinkan. Mau nangis darah sambil guling-guling di atas aspal panas tetap tidak mempan untuk mengubah keputusan bapakku yang teguh bagai batu karang. Kalau mama
sih ngasih izin, asalkan bapak juga ngizinin. Tapi apalah daya, izin dari satu
pihak saja tidak dapat digunakan sebagai tiket untuk ke Malino. Untuk mendapatkan
GOLDEN TICKET, kita juga harus
mengalahkan BIG BOSS, dan itu
impossible !!
Maka satu-satunya hal yang dapat ku lakukan
adalah mo’jo’ (ngambek) di kamar,
diam, dan menangis meratapi nasib sambil berpikir strategi yang tepat untuk mengalahkan
BIG BOSS. Sayangnya aku tidak
menemukan strategi yang tepat. Aku hanya menangis, menangis, menangis, dan terus menangis
hingga akhirnya kepalaku sakit karena kebanyakan menangis.
Sebagai bentuk protesku sama BIG BOSS, setiap berada di
depannya aku menunjukkan muka kusut dan ditekuk entah ditekuk berapa kali. Walaupun
gak mau nunjukin muka kusut, mukaku tetap kusut karena habis nangis.
PR Bahasa Arab dan Makalah
Sejarah yang harus dikumpul hari ini pun berantakan, gak ada yang jadi satu pun
akibat menangis yang berlebihan. Parahnya lagi, efek nangis itu gak hilang
dalam satu kali tidur. Tadi subuh, waktu bangun sahur, perasaanku tidak membaik
sama sekali, aku masih kesal dan kecewa dengan keputusannya BIG BOSS yang tidak mengizinkanku ikut ke Malino.
Alhasil, aku pergi ke sekolah
dengan perasaan yang tidak karuan.
Tapi aku berusaha tampak baik-baik saja di hadapan teman-temanku. Aku tidak ingin mereka tau kalau aku menangis hanya karena tidak bisa ikut ke Malino.
Tapi aku berusaha tampak baik-baik saja di hadapan teman-temanku. Aku tidak ingin mereka tau kalau aku menangis hanya karena tidak bisa ikut ke Malino.
Aku berharap di sekolah aku dapat
menemukan sesuatu yang dapat mengembalikan moodku. Sayangnya tidak ada sesuatu
pun yang dapat mengembalikan moodku. Aku memang suka Hari Jum’at. Tapi aku
hanya suka harinya saja, bukan apa yang ada di dalamnya. Satu-satunya hal yang
membuat Hari Jum’at menyenangkan adalah pelajaran Matematika dan fakta bahwa
Hari Jum’at adalah gerbang menuju weekend. Selebihnya ? BORING !!
Di awali dengan mata pelajaran
Sejarah yang gurunya super duper membosakan dengan ciri khasnya yang selalu
ngomong “ya” dan di akhiri dengan menghadiri Majelis Ilmu yang dinamakan Kajian
Jum’at. Yup, actually my Friday is
totally boring.
Belum lagi tadi waktu pelajaran
Bahasa Arab (yang gurunya merupakan ibuku sendiri) kami mendapat semprotan dari
sang guru. Entah apa kesalahan kami. Tanpa tau kesalahan kami, Ibu Dani masuk
ke kelas dengan membanting pintu kelas yang saat itu tertutup dan memarahi
kami. Kami yang tidak tau apa-apa hanya bisa diam dan bengong menerima amarah
sang guru. Mana posisi aku tadi lagi dalam posisi yang ‘membahayakan’. Maksud ‘membahayakan’
di sini adalah aku duduk bareng Icca, dan posisi duduknya itu dekaaat banget. Mamaku
itu paling murka kalau liat aku dekat sama cowok, bagi mamaku dekat dengan
cowok yang bukan muhrim itu adalah hal sangat tidak boleh. Memang begitu sih
aturan dalam agama. Tapi dalam pergaulan sehari-hari hal tersebut sudah menjadi
hal yang biasa.
Yang ku takutkan bukan hanya
karena aku duduk deketan dengan Icca, tapi karena sebelum mamaku masuk, kami
main tatap-tatapan sambil pegangan tangan dengan jarak wajah hanya 5 cm, jadi
kalau di liat sekilas hampir kayak orang mau ciuman, padahal kita Cuma main
tatap-tatapan. Nah, kalau mamaku sampai lihat hal itu, maka matilah aku.
Teman-temanku sih enak. Cuma kena
semprot di sekolah. Lah aku ? Lanjut di rumah lagi. Aku hanya bisa berdoa dan
berharap semoga mama tidak melihat itu sehingga aku tidak harus mendapatkan
siraman rohani 3 kali dalam sehari.