Bulan favoritku.
Bulan kesayanganku. Bulan kesukaanku. Bulan yang selalu ku tunggu-tunggu setiap
tahun. Bulan yang bersejarah bagiku. Karena di bulan inilah untuk pertama
kalinya dan tidak ada untuk yang kedua kalinya, aku dilahirkan kedunia ini oleh
ibuku tersayang dan tercinta.
Seperti
kebanyakan remaja putri lainnya, ulang tahun merupakan hal yang sakral dan
sangat wajib dilaksanakan kerena hari itu merupakan hari pergantian usia kita.
Meninggalkan usia muda dan beranjak menyambut usia dewasa.
Tapi sayangnya,
remaja putri yang ada yang di pesantren bukanlah orang yang lembut dan anggun
seperti remaja putri di pesantren lain. Di pesantren ku, remaja putrinya
ganas-ganas dan liar. Apalagi kalau ada yang berulang tahun. Tingkat keganasan
dan keliaran mereka bertambah. Selain itu, mereka juga licik. Mereka selalu
punya cara untuk ngerjain yang berulang tahun sampai orang yang berulang tahun
itu nangis darah dan berdoa supaya gak dilahirkan di dunia ini.
Seperti yang
terjadi padaku bulan ini. Bulan ini aku yang mendapat giliran merasakan
keganasan dan keliaran gadis-gadis yang sudah mulai beranjak remaja itu.
Awalnya aku
merasa tidak ada yang aneh. Semuanya berjalan dengan baik dan normal seperti
biasanya. Gadis-gadis yang sudah punya rencana untuk mengerjaiku juga tampak
normal dan tidak ada yang mencurigakan.
Akupun merasa
aman karena ulang tahunku kali ini akan kembali berjalan dengan damai dan
lanvar tanpa harus ada penyiksaan mental. Aku bilang “kembali” karena tahun
lalu ulang tahunku damai, tidak ada acara lempar terigu, lempar telur, dan
siram air got.
Aku bahkan
berharap bahwa hari itu mereka lupa kalau aku sedang berulanh tahun. Jadi
sepulang sekolah nanti aku bisa minta izin ke pembina untuk pulang dan
mearayakan ulang tahunku bersama dengan keluargaku.
Tapi ternyata
harapanku ketinggian. Jam pelajaran terakhir, Biologi, guru hanya membahasa
soal-soal karena waktu itu kami sedang dalam masa mempersiapkan diri menghadapi
Ujian Nasional. Itulah salah satu alasan
terhadap keyakinanku bahwa hari ini
tidak akan terjadi apa-apa.
Di tengah
pelajaran, satu per satu temanku datang diam-diam kedekatku karena takut
dimarahi guru, mereka memberiku hadiah yang langsung nampak wujudnya (baca :
tidak di bungkus), maklumlah, namanya juga pesantren, dan memberiku ucapan
selamat ulang tahun.
Otomatis aku
kaget. Ternyata mereka ingat. Tapi gak apa-apa deh. Kan mereka Cuma ngasih
hadiah doang, gak ada surprise party yang gak banget dan gak ada kegiatan yang
menyebabkan nangis darah. Aku menerima hadiah-hadiah itu dengan senyum manis
sambil bilang makasih ke teman-temanku karena udah mau menyisihkan uang mereka
untuk membelikanku hadiah.
Itu sih sudah
termasuk surprise buatku, tapi teranyata masih ada surprise yang lain.
Sahabatku yang paling dekat denganku karena memang hanya dia satu-satunya
sahabatku yang berjenis kelamin perempuan di pesantren, Ika, memanggilku.
Padahal waktu itu pelajaran masih berlangsung, tapi di dorong oleh kelicikan
yang juga ada pada dirinya untuk mengerjaiku hari itu, diapun memanggilku tanpa
takut dimarahi guru.
Aku bangkit dari
singgasanaku dan berjalan menuju kearahnya. Akhir-akhir ini hubunganku
dengannya sedang dalam fase yang tidak baik. Kami sedang tidak akur. Jadi waktu
dia manggil aku, aku cukup was-was dengan apa yang akan Ika bicarakan.
Ternyata, dengan teganya, dia memanfaatkan ketidakakuran kami untuk
menyerangku.
Diapun mulai
ngomong dan ngungkapin apa yang ada dihatinya, walaupun sebagian sudah di edit
mandiri sama dia. Untuk menambah lengkap suasana, curhatannya hari itu dibumbui
dengan air mata yang entah air mata murni, atau air mata hasil obat tetes mata.
Sayangnya, semua
aktingnya itu tidak berpengaruh padaku. Entah kenapa, hari itu hatiku tampaknya
membeku dan tidak dapat merespon air matanya Ika, padahal aku tau, dia
melakukan itu supaya aku nangis hari itu.
Setelah dia
berhenti ngomong, aku kembali ke singgasana ku yang nyaman dan berusaha
mengantisipasi apa yang akan terjadi berikutnya. Ika sudah menunjukkan lampu
kuning. Itu tandanya aku harus hati-hati, karena kemungkinan besar tangisan Ika
tadi akan ada lanjutannya.
Dan ternyata
benar, selang beberapa menit guru keluar dari kelas, belum sempat aku pindah
dari tempat dudukku, aku baru berdiri dan tiba-tiba ........ BYUR !! Teman
sekelasku tiba-tiba menyiramku entah menggunakan air apa.
Entah kapan dan
sejak kapan air itu ada dalam kelas. Tau-tau aku sudah basah kuyup oleh air
tersebut.
Untuk menghindari serbuan selanjutnya, aku berusaha menghidari
keganasan teman-temanku yang ternyata sudah ditulari oleh para remaja putri
teman seasramaku. Aku baru tau kalau virus itu bisa menyebar dengan sangat
cepat setiap ada orang yang berulang tahun.
Aku berniat untuk
lari keluar kelas. Tetapi baru sampai di depan papan tulis, teman-temanku
kembali mencegatku dan Ika memberikan ku telur yang ada tulisan di cangkangnya
dan menyuruhku membacanya.
Belum sempat ku baca, telur itu di ambil lagi dan
dengan indahnya dan di pecahkan begitu saja di kepalaku.
Jadilah saat itu
aku seperti adonan kue. Di siram air, di lempar terigu, dan di tambah dengan
pecahan telur di kepalaku. Belum cukup sampai di situ, mereka juga memberiku
hadiah ulang tahun yang tidak akan pernah ku lupakan seumur hidupku.
Satu botol aqua
tengah berisi kodok. Ampun. Mereka dapat kodok darimana ? Kata orang pemberian
itu harus di hargai. Apalagi menurut pengakuan mereka, mereka mendapatkan kodok
itu dengan susah payah. Menghargai sih menghargai, tapi kalau kodok, mau di
hargai berapa ?
Tanpa rasa
berdosa sedikitpun, salah seorang temanku mengambil botol yang berisi kodok itu
dan membukanya kemudian menyiramkannya ke aku. Iiuuhh. Badan udah kayak adonan
kue, di tambah di siram pake air + kodok, bakalan gatal-gatal tujuh hari tujuh
malam ni aku.
Dan untuk pertama
kalinya dalam hidupku, aku mendapatkan hadiah aneh dari sahabat-sahabatku.
Tidak
hanya kodok, mereka juga menghadiahkan sampah untukku. Kurang kerjaan
banget sih ngumpulin sampah buat dijadiin hadiah. Yang ada dalam pikiran aku
waktu liat hadiah itu, wah jangan-jangan teman-temanku ini tadi malam jadi
pemulung dadakan. Aku tersenyum geli membayangkan hal itu.
Di dalam kotak
besar yang di bungkus menggunakan pembungkus buku warna biru, terdapat berbagai
macam barang. Ada sepatu bekas, kaos kaki bekas, botol parfum bekas, botol obat
bekas, pokoknya semua yang bekas-bekas mereka masukin. Untuk bukan “bekas” yang
itu juga. Hehehe.
Dasar cowok.
Hadiahnya gak jelas semua. Tapi aku bahagia dan senang mereka memberiku hadiah
begitu. Walaupun harganya gak mahal, hadaih dari mereka patut di hargai, karena
aku sadar, gak gampang bikin hadiah kayak gitu, walaupun isinya Cuma barang
bekas.
Apalagi kata
mereka, mereka sampai begadang demi membuat hadiah itu. Aku jadi merasa spesial
dan merasa di perhatikan sama mereka. Walaupun dalam kesehariannya mereka
sering bikin jengkel dan sering usil.
Ya, itulah
sepenggal cerita ulang tahunku. Sebenarnya sih masih panjang. Karena
penderitaanku hari itu tidak berhenti sampai di situ saja. Masih berlanjut
sampai malam. Tapi kayaknya bakalan kepanjangan deh kalo aku ceritain semua.
Jadi segitu aja.
Maret 2013 adalah
ulang tahun terkonyol, terseru, terjorok, terkotor, dan tentunya yang paling
berkesan.