Rabu, 05 Maret 2014

Maret 2013

Bulan favoritku. Bulan kesayanganku. Bulan kesukaanku. Bulan yang selalu ku tunggu-tunggu setiap tahun. Bulan yang bersejarah bagiku. Karena di bulan inilah untuk pertama kalinya dan tidak ada untuk yang kedua kalinya, aku dilahirkan kedunia ini oleh ibuku tersayang dan tercinta.


Seperti kebanyakan remaja putri lainnya, ulang tahun merupakan hal yang sakral dan sangat wajib dilaksanakan kerena hari itu merupakan hari pergantian usia kita. Meninggalkan usia muda dan beranjak menyambut usia dewasa.

Tapi sayangnya, remaja putri yang ada yang di pesantren bukanlah orang yang lembut dan anggun seperti remaja putri di pesantren lain. Di pesantren ku, remaja putrinya ganas-ganas dan liar. Apalagi kalau ada yang berulang tahun. Tingkat keganasan dan keliaran mereka bertambah. Selain itu, mereka juga licik. Mereka selalu punya cara untuk ngerjain yang berulang tahun sampai orang yang berulang tahun itu nangis darah dan berdoa supaya gak dilahirkan di dunia ini.

Seperti yang terjadi padaku bulan ini. Bulan ini aku yang mendapat giliran merasakan keganasan dan keliaran gadis-gadis yang sudah mulai beranjak remaja itu.

Awalnya aku merasa tidak ada yang aneh. Semuanya berjalan dengan baik dan normal seperti biasanya. Gadis-gadis yang sudah punya rencana untuk mengerjaiku juga tampak normal dan tidak ada yang mencurigakan.

Akupun merasa aman karena ulang tahunku kali ini akan kembali berjalan dengan damai dan lanvar tanpa harus ada penyiksaan mental. Aku bilang “kembali” karena tahun lalu ulang tahunku damai, tidak ada acara lempar terigu, lempar telur, dan siram air got.

Aku bahkan berharap bahwa hari itu mereka lupa kalau aku sedang berulanh tahun. Jadi sepulang sekolah nanti aku bisa minta izin ke pembina untuk pulang dan mearayakan ulang tahunku bersama dengan keluargaku.

Tapi ternyata harapanku ketinggian. Jam pelajaran terakhir, Biologi, guru hanya membahasa soal-soal karena waktu itu kami sedang dalam masa mempersiapkan diri menghadapi Ujian Nasional. Itulah salah satu alasan 
terhadap keyakinanku bahwa hari ini tidak akan terjadi apa-apa.

Di tengah pelajaran, satu per satu temanku datang diam-diam kedekatku karena takut dimarahi guru, mereka memberiku hadiah yang langsung nampak wujudnya (baca : tidak di bungkus), maklumlah, namanya juga pesantren, dan memberiku ucapan selamat ulang tahun.

Otomatis aku kaget. Ternyata mereka ingat. Tapi gak apa-apa deh. Kan mereka Cuma ngasih hadiah doang, gak ada surprise party yang gak banget dan gak ada kegiatan yang menyebabkan nangis darah. Aku menerima hadiah-hadiah itu dengan senyum manis sambil bilang makasih ke teman-temanku karena udah mau menyisihkan uang mereka untuk membelikanku hadiah.

Itu sih sudah termasuk surprise buatku, tapi teranyata masih ada surprise yang lain. Sahabatku yang paling dekat denganku karena memang hanya dia satu-satunya sahabatku yang berjenis kelamin perempuan di pesantren, Ika, memanggilku. Padahal waktu itu pelajaran masih berlangsung, tapi di dorong oleh kelicikan yang juga ada pada dirinya untuk mengerjaiku hari itu, diapun memanggilku tanpa takut dimarahi guru.

Aku bangkit dari singgasanaku dan berjalan menuju kearahnya. Akhir-akhir ini hubunganku dengannya sedang dalam fase yang tidak baik. Kami sedang tidak akur. Jadi waktu dia manggil aku, aku cukup was-was dengan apa yang akan Ika bicarakan. Ternyata, dengan teganya, dia memanfaatkan ketidakakuran kami untuk menyerangku.

Diapun mulai ngomong dan ngungkapin apa yang ada dihatinya, walaupun sebagian sudah di edit mandiri sama dia. Untuk menambah lengkap suasana, curhatannya hari itu dibumbui dengan air mata yang entah air mata murni, atau air mata hasil obat tetes mata.

Sayangnya, semua aktingnya itu tidak berpengaruh padaku. Entah kenapa, hari itu hatiku tampaknya membeku dan tidak dapat merespon air matanya Ika, padahal aku tau, dia melakukan itu supaya aku nangis hari itu.

Setelah dia berhenti ngomong, aku kembali ke singgasana ku yang nyaman dan berusaha mengantisipasi apa yang akan terjadi berikutnya. Ika sudah menunjukkan lampu kuning. Itu tandanya aku harus hati-hati, karena kemungkinan besar tangisan Ika tadi akan ada lanjutannya.

Dan ternyata benar, selang beberapa menit guru keluar dari kelas, belum sempat aku pindah dari tempat dudukku, aku baru berdiri dan tiba-tiba ........ BYUR !! Teman sekelasku tiba-tiba menyiramku entah menggunakan air apa.

Entah kapan dan sejak kapan air itu ada dalam kelas. Tau-tau aku sudah basah kuyup oleh air tersebut. 

Untuk menghindari serbuan selanjutnya, aku berusaha menghidari keganasan teman-temanku yang ternyata sudah ditulari oleh para remaja putri teman seasramaku. Aku baru tau kalau virus itu bisa menyebar dengan sangat cepat setiap ada orang yang berulang tahun.

Aku berniat untuk lari keluar kelas. Tetapi baru sampai di depan papan tulis, teman-temanku kembali mencegatku dan Ika memberikan ku telur yang ada tulisan di cangkangnya dan menyuruhku membacanya. 

Belum sempat ku baca, telur itu di ambil lagi dan dengan indahnya dan di pecahkan begitu saja di kepalaku.
Jadilah saat itu aku seperti adonan kue. Di siram air, di lempar terigu, dan di tambah dengan pecahan telur di kepalaku. Belum cukup sampai di situ, mereka juga memberiku hadiah ulang tahun yang tidak akan pernah ku lupakan seumur hidupku.

Satu botol aqua tengah berisi kodok. Ampun. Mereka dapat kodok darimana ? Kata orang pemberian itu harus di hargai. Apalagi menurut pengakuan mereka, mereka mendapatkan kodok itu dengan susah payah. Menghargai sih menghargai, tapi kalau kodok, mau di hargai berapa ?

Tanpa rasa berdosa sedikitpun, salah seorang temanku mengambil botol yang berisi kodok itu dan membukanya kemudian menyiramkannya ke aku. Iiuuhh. Badan udah kayak adonan kue, di tambah di siram pake air + kodok, bakalan gatal-gatal tujuh hari tujuh malam ni aku.

Dan untuk pertama kalinya dalam hidupku, aku mendapatkan hadiah aneh dari sahabat-sahabatku. Tidak 
hanya kodok, mereka juga menghadiahkan sampah untukku. Kurang kerjaan banget sih ngumpulin sampah buat dijadiin hadiah. Yang ada dalam pikiran aku waktu liat hadiah itu, wah jangan-jangan teman-temanku ini tadi malam jadi pemulung dadakan. Aku tersenyum geli membayangkan hal itu.

Di dalam kotak besar yang di bungkus menggunakan pembungkus buku warna biru, terdapat berbagai macam barang. Ada sepatu bekas, kaos kaki bekas, botol parfum bekas, botol obat bekas, pokoknya semua yang bekas-bekas mereka masukin. Untuk bukan “bekas” yang itu juga. Hehehe.

Dasar cowok. Hadiahnya gak jelas semua. Tapi aku bahagia dan senang mereka memberiku hadiah begitu. Walaupun harganya gak mahal, hadaih dari mereka patut di hargai, karena aku sadar, gak gampang bikin hadiah kayak gitu, walaupun isinya Cuma barang bekas.

Apalagi kata mereka, mereka sampai begadang demi membuat hadiah itu. Aku jadi merasa spesial dan merasa di perhatikan sama mereka. Walaupun dalam kesehariannya mereka sering bikin jengkel dan sering usil.

Ya, itulah sepenggal cerita ulang tahunku. Sebenarnya sih masih panjang. Karena penderitaanku hari itu tidak berhenti sampai di situ saja. Masih berlanjut sampai malam. Tapi kayaknya bakalan kepanjangan deh kalo aku ceritain semua. Jadi segitu aja.


Maret 2013 adalah ulang tahun terkonyol, terseru, terjorok, terkotor, dan tentunya yang paling berkesan.
 
ReKerNoPis Blogger Template by Ipietoon Blogger Template