Cerita itu sudah
berkakhir enam bulan yang lalu. Tapi luka yang timbul akibat berakhirnya kisah
itu belum hilang hingga saat ini. Selama enam bulan lamanya aku berusaha untuk menyembuhkan luka hati ini, tapi hingga
saat ini luka tersebut tidak kunjung sembuh.
Di saat yang
bersamaan sebuah kisah baru muncul. Seorang pemuda datang dan mengatakan bahwa
dia mencintaiku. Setelah kejadian enam bulan yang lalu, aku sudah memutuskan
untuk tidak pacaran lagi. Sudah cukup luka hati yang ku rasakan. Aku tidak mau lagi.
terlalu sakit untuk di rasakan.
Hal yang paling
menyakitkan adalah kisah itu berakhir di
saat aku masih sangat menyayanginya, dan sialnya lagi rasa sayang itu masih ada
sampai sekarang. Aku pernah berusaha untuk menyukai laki-laki lain, mengalihkan
perasaanku ke orang lain dengan harapan rasa sayangku akan beralih ke dia.
Aku berhasil. Aku
berhasil menyukai orang itu. Aku berhasil kagum padanya. Walaupun awalnya hal
itu hanya pura-pura ku lakukan. Tapi sayang, aku tidak berhasil menyayanginya.
Aku tidak berhasil mencintainya.
Malah, aku
berfikir bahwa aku telah bersikap jahat. Aku membiarkan orang lain tau bahwa
aku menyukainya, tapi dalam hatiku aku masih menyayangi orang lain. Aku tidak
ingin, aku tidak mau berpacaran dengan orang lain selagi perasaanku masih ada
di tempat lain
Aku bingung, aku
harus bagaimana. Seorang pemuda datang dan mengungkapkan perasaannya kepadaku.
Sudah jelas aku menolaknya. Karena aku tidak ingin sakit hati lagi. Aku masih
trauma. Aku masih belum bisa membuka hati dan percaya dengan semua ucapannya.
Kepercayaanku sudah hilang dan sangat susah untuk membangun kembali kepercayaan
tersebut.
Tapi, apakah aku
egois ? Aku hanya memikirkan perasaanku, aku takut disakiti untuk kesekian
kalinya. Takut mengulang kisah yang sama. Sedangkan aku tidak memikirkan
perasaan orang itu. Aku tidak memikirkan bagaimana perasaan pemuda di saat aku
mengatakan bahwa aku tidak bisa menerima cintanya.
Apakah tindakanku
ini egois ? Ah, semoga saja tidak.