Kamis, 20 November 2014

Tes Golongan Darah - Part 1

Mungkin hari ini akan menjadi salah satu hari yang bersejarah bagiku. Kenapa ? Karena hari ini untuk pertama kalinya aku melakukan tes golongan darah.

Sebenarnya aku tidak perlu melakukan tes itu. Golongan darahku sudah jelas B. Mustahil golongan darahku bukan B, karena kedua orang tua ku golongan darahnya adalah B. Jika golongan darahku bukan B, dapat darimana golongan darah yang lain ?

Tapi karena ini dihitung sebagai tugas praktek, semua siswa harus melakukan tes golongan darah, karena jika tidak maka tidak akan mendapatkan nilai praktek.

Maka hari ini diawali dengan ketegangan yang memenuhi ruangan kelas. 80% dari teman-temanku merasa tegang dan takut karena harus berhadapan dengan jarum. Dan aku salah satunya. Entah apa alasannya, tapi aku mempunyai ketakutan jika harus berhadapan dengan jarum.

Tapi tidak sembarang jarum. Hanya jarum-jarum tertentu saja. Misalnya seperti jarum-jarum yang harus ditusukkan ke tubuh, dan jarum yang digunakan hari ini termasuk salah satunya.

Tes golongan darah pun dimulai. Henry sebagai ketua kelas maju duluan untuk melakukan tes tersebut. Aku sudah uring-uringan di tempat dudukku berharap aku tidak harus melakukan tes tersebut. Rasa sakit ditusuk jarum sudah merasuki pikiranku. Bayangan rasa sakit itu terus mengangguku.

Tanpa ada ekspresi sakit sedikit pun, Henry menusukkan jarum tersebut ke tangannya. Kurang dari dua menit, Henry pun kembali ke tempat duduknya dengan wajah tersenyum. “Relawan” selanjutnya adalah Kiky. Aduh, Kiky yang badannya lebih kecil dari saya saja berani masa saya takut. Masa saya kalah sama Kiky. Itulah yang ada dalam pikiran saya saat melihat Kiky maju ke depan.

Hampir sama dengan Henry, tapi bedanya Kiky agak meringis kesakitan sedikit. Tapi itu hanya sedikit. Teman satu bangku ku, Inna, membisiku, sesudah Kiky aku yang naik. Badan Inna hampir sama besar dengan Kiky. Masa aku kalah dengan yang kecil-kecil ?

Aku pun mengumpulkan keberanianku, walaupun sebenarnya tidak ada sedikitpun yang terkumpul. Tapi dengan mantap aku ucapkan ke Inna, aku maju sesudah kamu.

Dengan menarik napas yang dalam dan menghilangkan sedikit ketegangan, aku pun maju. Sesakit apa sih di tusuk jarum itu ? Palingan gak terlalu sakit. Buktinya tadi Henry, Kiky, dan Inna tidak terlihat kesakitan. Ayolah. Aku pasti bisa. Jarum kecil segitu.

Dengan percaya diri aku pun maju ke depan meja guru. Sesampai di meja guruku, nyaliku kembali ciut. Belum juga ditusuk jarum, baru mau dikasih alcohol aja tanganku udah gemetaran dan takut setengah mati.

Setelah berjuang dan bertarung dengan diri sendiri, akhirnya aku berhasil mencelupkan tanganku ke larutan alcohol 70%. Setelah itu tangan kiri ku di ambil untuk di tusuk dengan jarum.

Oh Tuhan. Saat itu ketakutan mulai muncul lagi. Bayangan akan rasa sakit kembali muncul. Membuatku teriak-teriak histeris, padahal jarumnya belum di tusukkan. Aku tidak sanggup melihat tanganku sendiri di tusuk.

Dan dalam waktu sepersekian detik .... *puuussss* ...... dan tanganku pun ditusuk dengan jarum yang sangat tajam dan kecil. Rasa sakitnya itu, beuh, tidak bisa dibayangkan.

Itu pertama dan aku harap terakhir kalinya aku melakukan tes golongan darah. Sudah cukup satu kali. Aku tidak mau lagi. Terlalu sakit untuk di ulang. Jika saja sakit hati langsung terasa seperti itu, maka hingga detik ini aku tidak akan mau untuk memulai membuka hati lagi dan memulai kisah cinta yang baru.

Bagaimana tidak. Rasa sakit yang langsung seperti itu dapat menimbulkan trauma yang menciptakan memory yang tidak menyenangkan. Sebenarnya sakit hati juga begitu. Tapi entah kenapa sakit hati tidak menimbulkan trauma bagiku.

Back to topic.

Saatnya melihat hasilnya. Aku tidak ingin tanganku tertusuk sia-sia tanpa ada hasil yang dapat dilihat.

Dan hasilnya adalahhh .........

Eng ing eng .........

Mengejutkan ...... !!!

Entah darimana, tapi ajaibnya .......

AKU BERGOLONGAN DARAH AB.

Loh ? Koq bisa ? Apa ini artinya aku bukan anak orang tuaku ?

Ini tidak mungkin ! Tesnya pasti salah ! Ya, pasti ada kesalahan dalam tes ini !

Jika aku bukan anak orangtuaku terus aku anak siapa ? Mungkinkan aku “Puteri Yang Tertukar”?

OH TIDAAAAAKKK .. !!

Oke cukup. Itu lebay. Tapi itulah yang terjadi saat aku mengetahui golongan darahku. Penyakit alayku yang sudah lama tidak kambuh, akibat tes golongan darah ini, penyakit alayku kembali kambuh.

Tapi bagaimana mungkin hal ini bisa terjadi ? Guruku bilang, ini bisa saja terjadi jika terjadi persilangan.

Tapi persilangan dari mana ? Bapakku B, Mamaku B, dan aku AB ? Persilangan dari mana ? B silang B ? Bukankah hasilnya seharusnya tetap sama yaitu B ?

Ah, sudahlah ! Tak apa. Bisa saja kan aku jadi kasus yang langka di dunia dan menjadi terkenal karena fenomena ini. Hehehehe.


 
ReKerNoPis Blogger Template by Ipietoon Blogger Template