Tugas
sekolah yang paling aneh yang pernah ku terima : membuat diary. Guruku menyuruh
kami membuat diary sebagai syarat untuk mengikuti Ujian Nasional Bahasa
Indonesia. Tugas itu harus ditulis tangan dan dikumpul sebelum ujian
dilaksanakan.
Tugas
itu tidak susah. Menyenangkan malah. Karena aku sudah terbiasa menulis. Masalahnya
adalah beberapa waktu belakangan ini aku mulai malas menulis. Bukan malas
menulis sih sebenarnya. Tapi malas merangkai kata untuk dijadikan sebuah
tulisan yang bermutu dan enak untuk dibaca. Tapi itu tergantung tujuan
menulisnya juga sih. Kalau diary biasa, bagaimana pun bentuk aturan tata
bahasanya kan tidak ada yang mau baca, jadi gak masalah.
Tapi
aku sudah terbiasa menulis di blog, dan mencurahkan apa yang ku rasakan harus
dapat ku tuliskan dengan benar dan tidak terkesan membosankan atau biasa saja.
Menulis
di diary, satu kalimat pun yang ingin ditulis tetap jadi sebuah tulisan. Nah di
blog, aku tidak mungkin mempost tulisan yang isinya hanya beberapa kata. Kalau itu
puisi sih bagus. Lah kalau itu adalah curhatan remaja galau bin alay ? Pembaca
akan lari dan tidak akan mau datang lagi.
Memang
sih tujuan awal bikin blog sebagai diary elektronik untuk mengatasi kemalasanku
menulis menggunakan tangan. Tapi setelah lama berkecimpung di dunia blogger,
tentu saja aku juga ingin mempunyai pembaca tetap. Pembaca yang menunggu setiap
tulisanku. Aku juga ingin menghasilkan sebuah tulisan yang bermanfaat. Bukan hanya
tulisan yang berisikan curhatan tidak jelas. Setidaknya aku bisa berbagi
pengalaman lah sama mereka yang ada di luar sana.
Berhubung
Ujian Nasional tinggal beberapa bulan lagi, selain belajar aku mungkin akan
menyisihkan waktuku untuk menulis. Menulis catatan akhir sekolah. Sebuah catatan
yang dapat dibaca ulang suatu hari nanti sebagai sebuah kenangan.
Dan
tulisan ini adalah pembuka dari cerita-cerita selanjutnya.