Mawang, 27 Mei 2019
Pernah dengar kuote yang berbunyi
kurang lebih “Akan ada saat ketika kamu
melihat dirinya, rasanya akan biasa saja” ?
Aku yakin kalian pasti tidak
asing dengan kata Mutiara tersebut. Kalimat itu sering muncul dan berseliweran
di semua media sosial, baik itu facebook, whatsapp, maupun Instagram.
Awalnya aku mengaminkan kata Mutiara
tersebut. Tentu saja aku akan merasa biasa saja jika bertemu mantan. Karena itu
memang harus. Aku HARUS merasa biasa saja. WAJIB. Kenapa? Karena aku adalah
wanita yang sudah berstatus istri orang. Sama sekali tidak etis jika aku masih
memiliki perasaan terhadap orang lain, bukan?
Tapi nyatanya aku hanyalah manusia
biasa. Aku hanyalah seorang remaja yang kebetulan jodohnya datang lebih cepat
dari seharusnya sehingga harus menikah disaat teman-temanku yang lain masih
galau-galauan tentang cinta, jodoh, dan cowok yang ditaksirnya.
Ku pikir aku sudah menyelesaikan
perasaanku dengannya sejak kami memutuskan untuk berpisah. Aku bahkan tidak
ingat alasan kami berpisah. Aku pikir semuanya sudah selesai. Kisahku dengannya
hanyalah salah satu kisah cinta masa SMAku yang pastinya akan menjadi bahan
obrolan saat reuni nanti.
Sayangnya, itu semua hanya pikiranku.
Hatiku tidak mengatakan demikian. Hatiku tidak baik-baik saja setiap membahas
tentangnya. Apapun yang berhubungan dengannya, aku tidak pernah baik-baik saja
dengan itu semua. Chatnya di grup alumni, statusnya di Instagram, tulisanku di
blog tentangnya, aku tidak pernah biasa saja saat melihat itu semua. Ada sedikit
sesak di dada.
Berdamai dengan diri sendiri? Berdamai
dengan masa lalu? Berdamai dengan hati? Jujur dengan diri sendiri? Bagaimana mungkin
aku bisa melakukan itu semua jika dadaku masih saja sesak tiap kali hal
tentangmu melintas di pikiran?
Mungkin ini tidak etis, tidak
wajar, tidak boleh, tidak seharusnya ku lakukan, tapi izinkan aku mengungkapkan
tentang perasaanku melalui tulisan ini, toh sangat kecil kemungkinan dia akan
membaca tulisan ini. Juga sangat kecil kemungkinan orang yang mengenalku di
dunia nyata membaca tulisan ini, jadi izinkanlah aku meluapkan perasaanku.
Hey Masa Lalu!
Apa Kabar?
Aku rindu
Ku harap kamu baik-baik saja dan selalu dalam lindungan Allah
Tidak bisakah kita berteman akrab layaknya teman yang lain?
Layaknya seperti aku dan jalil, laits, hafidz, dan teman-temanmu yang
lain?
Atau seperti kamu dan dilla, nuni, ika, fitri dan teman-temanku yang lain?
Tidak bisakah kita seperti itu?
Demi Tuhan, Aku rindu.