Samata, 6 Januari 2018
Hampa
Pernahkah kamu merasa begitu?
Kosong. Hampa. Tidak ada apa-apa. Benar-benar kosong. Saat kalian tidak punya
perasaan terhadap apapun atau siapapun. Tidak menyukai, mengagumi, menyayangi,
ataupun mencintai seseorang. Pernah? Jika pernah berarti kamu mengerti apa yang
sedang ku rasakan saat ini.
Tidak benar-benar kosong sih
sebenarnya. Karena aku masih punya teman-teman dan sahabat-sahabatku di
sampingku. Dengan adanya mereka semua aku masih tetap dapat tertawa, tersenyum,
bercanda, bahagia. Aku sebenarnya tetap bahagia apapun yang terjadi. Berusaha
bahagia lebih tepatnya. Bagaimana mungkin kamu bisa membahagiakan orang lain
jika kamu tidak bisa membahagiakan dirimu sendiri, bukan?
Walaupun begitu entah kenapa aku
merasa kurang. Rasanya ada yang tidak lengkap. Aku merasa seperti… entahlah.
Aku tidak tau istilah yang tepat untuk mengekspresikannya, untuk
menggambarkannya, untuk mendeskripsikan apa yang sedang ku rasakan saat ini.
Hampa. Kosong.
Mungkin itu istilah yang hampir
benar walaupun mungkin kurang tepat. Tapi aku tidak menemukan kata lain selain
dua kata tersebut.
Aku sekarang sedang tidak
merasakan perasaan apapun terhadap orang lain. Khusunya lawan jenis. Karena
tentu saja, aku sayang kepada sahabat-sahabatku, sekelompok orang gila yang
pura-pura waras di hadapan orang lain. Namun bukan itu yang ku maksud. Yang
pernah merasakan perasaan seperti ini pastilah paham apa yang ku maksud. Yang
belum pernah merasakan hal seperti ini maka kamu beruntung, karena perasaan ini
hampir sama dengan rindu, menyiksa.
Setelah putus dari Sukri, putus
yang benar-benar putus – karena sebelumnya aku sudah sering kali putus nyambung
dengannya dan aku masih punya perasaan terhadapnya, putus kali ini aku juga
masih punya perasaan terhadapnya, sedikit, tapi aku bersikap seakan aku
benar-benar tidak menyayanginya lagi, berpura-pura aku tidak mencintainya lagi,
membohongi hati dan pikiranku.
Dan tampaknya itu terlalu
berhasil. Sekarang aku tidak punya perasaan apa-apa lagi terhadapnya. Aku
memang masih sering kontak-kontakan dengannya, tapi itu tidak lebih dari
sebatas teman.
Namun dia masih memberikan
perhatian yang sama seperti waktu kami masih pacaran dulu. Jika situasinya
berbeda, tentu saja aku akan bahagia diberi perhatian seperti itu. Tapi
sekarang semua perhatian itu rasanya biasa saja, bosan.
Aku juga pernah berpikir, pernah
mengira kalau aku suka sama sepupuku, kak Alim. Aku bahkan membuat beberapa
tulisan tentangnya. Tapi itu ternyata hanya sementara.
Setelah kak Alim balik ke Malang
dan dia sering marah-marah gak jelas, aku mulai capek dan bosan. Bosan hadapi
marah-marah gak jelasnya kakak, bosan chat duluan, bosan selalu jadi pihak yang
harus mengerti. Aku salut sama pacarnya bisa bertahan lama sama dia.
Ya kurang lebih seperti Sukri
sih. Sering marah-marah gak jelas. Cuman Sukri begitu baru-baru ini, dulu
tidak. Makanya dulu aku sayang sama dia dan sekarang tidak.
Belum ada ikatan resmi tapi kerjanya
marah-marah terus. Mati mko!
Setelah bosan dengan kak Alim,
aku ketemu sama kak Dodi. Dia seniorku di HMI. Orangnya manis dan cerdas. Itu
kesan pertamaku terhadapnya. Makanya aku suka.
Orangnya juga enak diajak chat.
Untuk sementara dialah moodbosterku. Hanya dengan mengingatnya sudah bisa
membuatku senyum-senyum tidak jelas. Bahkan kemarin, waktu kuliah Riset Operasi,
saking mengantuknya aku iseng mikirin kak Dodi, supaya gak ngantuk. Alhasil,
aku mendapati diriku senyum-senyum sendiri sambil menghadap ke arah dosen. Dan
itu awkward.
Tapi kadang aku juga bosan dengan
kak Dodi. Apalagi aku terus yang chat dia duluan. Kalau kak Dodi yang chat aku
duluan itu mungkin bisa masuk Guiness
Book of Record, rekor dunia.
Aku cukup bahagia hanya dengan
memikirkannya, mengingatnya, dia membalas chatku, melihat fotonya di akun
sosial medianya, dan hal-hal kecil semacam itu. Tapi kadang aku bosan kalau kak Dodi tidak membalas chatku.
Dan kalau aku bosan dengan kak
Dodi, aku kembali merasa kosong. Hampa.
Kosong
Bosan
Hampa
Ohh Tuhan. Semua ini membuatku
ingin pulang.
Jika aku tidak bisa pulang ke
Selayar, maka bisakah Engkau membawa Selayar padaku?