Senin, 12 Februari 2018

Dear Diary #1


Samata, 6 Desember 2017

Hari Rabu. Pondok Faris kamar 106. Sendiri.

Aku anak tunggal. Sejak kecil aku melakukan semuanya sendiri. Tapi bukan mandiri. Aku hanya tidak punya teman untuk berbagi, bermain, bercanda, atau pun bertengkar. Jadi bisa dibilang aku sudah terbiasa sendiri.

Hari ini jadwal kuliahku kosong. Jadi yang bisa ku lakukan hanyalah berdiam diri di kos.
Sebenarnya ada banyak hal yang bisa ku lakukan. Mencuci. Baca novel. Membersihkan kos. Tidur. Me Time kata orang. Menghabiskan waktu dengan diri sendiri. Menikmati kesendirian. Oke, aku memang menikmati kesendirian. Aku bisa melakukan apapun yang ku mau. Tapi entah kenapa hari ini aku merasa hampa.

Di selayar, di rumah, walaupun aku ditinggal sendiri di rumah aku tidak pernah benar-benar merasa sendiri, tidak pernah merasa sepi, tidak pernah merasa hampa. Aku bahkan menikmati kesendirianku.

Tapi di sini, di samata, di kos, sendiri bukanlah hal yang bagus menurutku. Aku merasa hampa. Kosong. Aku bahkan tidak pernah merasa benar-benar bahagia sejak tiba di sini.
Tertawa. Bercanda. Bermain. Nampak sangat ceria, bahagia, ringan tanpa beban. Aku bisa bersikap seperti itu. Sangat bisa. Membahagiakan diri sendiri. Sangat bisa.

Namun tetap saja kadang aku akan sampai pada satu titik di mana aku Lelah dengan semua ini. Aku ingin berhenti. Ingin pulang. Selayar jauh lebih nyaman daripada Samata maupun Makassar.

Makassar punya segalanya. Makassar sudah masuk kota metropolitan. Semuanya ada. Tinggal sebutkan apa mau mu. Tapi Makassar tidak punya kenyamanan seperti yang Selayar berikan padaku.

Aku hanya ingin pulang. Mengisi ulang tenaga untuk menghadapi kerasnya kehidupan mahasiswa.


 
ReKerNoPis Blogger Template by Ipietoon Blogger Template