Jumat, 20 Maret 2015

Berita dari Sahabat

Di saat kedua orangtuaku sedang sibuk dalam ketegangan mereka menonton mega serial Jodha Akbar yang sedang menampilkan Jodha sedang berteriak kesakitan di tengah derasnya hujan dan Guntur. Nampaknya dia akan segera melahirkan. Di tempat lain, ibunya Jodha khawatir dengan keadaan anak kesayangannya. Orangtuaku sibuk memperhatikan adegan itu.

Sementara aku sibuk dengan laptopku. Facebookan sambil memperbaiki tampilan blogku. Setelah selesai dengan blogku, aku pun beralih ke facebook dan chat dengan sahabatku. Aku penasaran hal penting apa yang ingin dia sampaikan padaku sehingga tadi dia mem-PING-ku. Dia tidak akan pernah menghubungiku duluan jika tidak ada hal penting akan di sampaikan. Mungkin dia lagi rindu padaku, pikirku. Karena biasanya dia akan menghubungiku kalau dia lagi rindu padaku atau butuh bantuanku mengerjakan sesuatu.

Tapi berhubung hp itu sepenuhnya dalam kendali bapakku, sehingga aku tidak bisa dengan leluasa berbbman ria dengan sahabatku itu. Maka facebook adalah sarana lain yang bisa ku gunakan untuk berhubungan dengannya.

Aku pun mengobrol dengannya dan bertanya apa yang terjadi.

“Aku tidak ingin jadi tersangka. Jadi setelah aku memberitahumu hal ini, aku mau kamu tutup mulut rapat-rapat.”

Sebuah rahasia, pikirku. Aku selalu suka dan tertarik dengan segala sesuatu yang berbau rahasia. Tapi masalahnya apa ya ? Koq harus sampai tutup mulut rapat-rapat ? Sepenting apakah masalah itu ? Koq Yaya’ tampaknya takut sekali jika sampai hal ini tersebar ? Apakah hal ini menyangkut masalah hidup dan mati ? Karena penasaran aku pun langsung menjawab dengan mantap.

“Oke. Tenang saja. Aku akan tutup mulut. Kalau perlu akan ku hapus chat ini. Masalahnya apa ?”

“Kamu masih pacaran sama Ilcham ?”

Deg ! Pertanyaan itu tepat mengenai hatiku. Jika pertanyaan itu diajukan, maka pembahasan selanjutnya tidak jauh-jauh dari pasangan kita. Entah itu hal yang baik atau yang buruk. Tapi biasanya lebih mengarah kepada yang buruk.

“Iya. Ada masalah apa ?”, Tanyaku to the point. Hal apalagi yang dilakukan anak bodoh itu. Tidak bisakah dia cukup menyiksaku dengan rasa rindu ini tanpa membuat masalah lain ?

“Kalau gak salah, aku dapat kabar kalau Ilcham punya pacar di SMA Muhammadiyah. Namanya Lestari kelas X.C. Aku ngomong kayak gini gak ada maksud buat ngehancurin hubungan kamu sama Ilcham.”

Byaaarrr !! Setelah selesai ku baca kalimat itu, suara Guntur terdengar keluar dari TV. Kayak di sinetron-sinetron gitu. Kalau dapat kabar buruk, tidak lama suara Guntur akan terdengar. Tipikal sinetron Indonesia.

Selesai membaca apa yang dituliskan Yaya’, perasaanku langsung menjadi tidak enak. Tapi aku tetap berusaha positive thinking. Aku tidak ingin dengan mudah percaya gossip yang beredar. Hubunganku sebelumnya berakhir karena aku terlalu percaya dengan gossip.

“Kamu tau darimana ?”

“Sepupu aku yang sekolah di SMA Muhammadiyah yang ngomong.”

Ya Allah, cobaan apalagi ini ?

“Jangan bilang siapa-siapa ya kalau aku yang ngomong ke kamu. Please.”, kata Aya’ lagi.

“Iya. Tenang aja. Aku gak akan ngomong ke siapa-siapa. Memangnya sepupu kamu bilang apa ? Sempat bukan Ilchamku yang dia maksud.”

Aku berusaha tampak terlihat tenang walaupun di dalam hati telah berkecamuk berbagai rasa yang tidak dapat didefinisikan dengan kata-kata.

“Mereka sering telponan. Nomornya Ilcham yang ini 085xxxxxxxxx kan ? Nomor itu yang sering telponan sama Lestari. Tapi aku juga gak tau pastinya kayak gimana. Aku ngomong kayak gini ke kamu karena lebih baik kamu tau semua ini di depan daripada nanti di belakang.”

Karena aku gak punya hp dan aku gak hafal nomornya Ilcham, aku pun mengambil hpnya mamaku dan mengecek nomornya Ilcham di situ. Seingatku aku pernah menyimpannya sebagai nomor yang di saring. Semoga saja belum terhapus.

Alhamdulillah belum. Aku pun mencocokkan nomor yang ada di hpnya mamaku dengan nomor yang dikirimkan Yaya’. Aku harap nomornya tidak sama.

Harapanku terlalu tinggi. Nomornya sama. Itu nomor yang sama yang dipakai Ilcham untuk menghubungiku.

“Iya. Itu memang nomornya Ilcham. Makasih ya Aya’ atas infonya.”

“Iya. Sama-sama. Itu karena aku sayang banget sama kamu makanya aku kasih tau kamu.”

Satu lagi fakta menyakitkan yang harus ku ketahui.

Tapi aku tetap berusaha berpostive thingking. Mungkin saja itu bukan Ilcham. Bisa saja temannya Ilcham yang pake hpnya Ilcham terus telponan sama cewek gak jelas dan ngaku-ngaku sebagai Ilcham.

Jika memang itu Ilcham, mungkin dia Cuma mau main-main saja sama cewek itu karena dia stress dan capek menahan rasa rindunya terhadapku.

Tapi, jika dia hanya main-main, mengapa dia tidak memberitahuku ? Terkakhir kali kami kontak-kontakan, dia bilang kalau nembak cewek, tapi akhir-akhirnya dia ngaku ke cewek itu kalau dia Cuma bercanda.

Sudah berapa lama dia menjalin hubungan dengan Lestari ? Mengapa aku tidak tau ? Mengapa dia tidak memberitahuku ?

Mengapa kau tidak memberitahuku ?

Lalu untuk apa semua kata-kata manis yang kau ucapkan jika akhirnya kau punya orang lain di belakangku ? Apa semua janji-janji itu palsu ? Bahkan kalimat-kalimat manis yang kamu tulis di suratmu pun palsu ?

Betapa bodohnya aku bisa dengan mudahnya percaya dengan ucapanmu. Percaya dengan semua janji dan omong kosongmu.

Aku tau itu semua hanya omong kosong. Tapi caramu menyampaikannya membuatku tak sampai hati untuk menolaknya. Kau kelihatan bersungguh-sungguh saat mengucapkannya.

Mungkin memang benar kamu sedang berselingkuh. Karena tanda-tanda orang selingkuh yang ku ketahui beberapa ada pada dirimu.

Kamu tiba-tiba bersikap baik dan berkata-kata manis tanpa ada sebab apapun sebelumnya. Kamu juga menuduhku punya selingkuhan agar aku terpojok dan tidak memikirkan kemungkinan bahwa sebenarnya kamulah yang berselingkuh.

Tapi, sebelum aku Tanya baik-baik ke kamu, aku tidak akan percaya sepenuhnya gossip itu. Jadi siapkanlah alasan yang apik agar nanti saat aku bertanya kamu punya sejuta alasan dan kata-kata manis untuk menipuku “lagi”.
 
ReKerNoPis Blogger Template by Ipietoon Blogger Template