Galau ? Hahaha. Udah gak zaman. Masalah yang
kemarin biarlah berlalu. Mungkin sakitnya akan tetap terasa hingga beberapa
waktu ke depan. Tapi Insya Allah aku bisa mengabaikan rasa sakit itu dan
melakukan sesuatu yang lebih berguna di banding menangis seharian di kamar dan
membuang waktu berharga yang ku miliki hanya untuk meratapi seorang
pengkhianat.
Kalau kata Mr. Charming sih sekolah aja dulu
yang benar. Jangan mikir yang gitu-gituan dulu.
Aku kadang heran dengan diriku sendiri. Aku lebih mendengarkan apa yang orang lain katakan dibanding apa yang orangtuaku sendiri katakan. Dasar. Remaja Labil.
Huft !!
Banyak yang berkecamuk di hati ini. Banyak yang
ingin ku tuliskan. Segala kesal, amarah, sedih, dan kecewa. Ingin ku tumpahkan
semua itu agar aku dapat merasa sedikit tenang. Tapi itu semua hanya akan
membuatku tampak seperti gadis lemah yang melankolis. Sedikit-sedikit nangis. Sedikit-sedikit
galau. Hmm. Apaan coba ? Aku gak mau kelihatan seperti itu.
Lagi pula ini semua belum berakhir. Jadi aku
gak mau bersikap berlebihan terhadap situasi ini. Kalau aku bertindak
berlebihan, terus pada kenyataannya semuanya baik-baik saja, kan aku jadi malu
sendiri. Sudah galau dan menangis duluan tanpa mengetahui apa yang sebenarnya
terjadi.
Jadi, daripada bergalau ria, aku akan bercerita
tentang apa yang terjadi hari ini.
Merupakan moment bersejarah juga sih. Jadi hal
ini pantas untuk di ceritakan.
Aku memang telah beberapa kali tampil di depan
kelas untuk menjelaskan sesuatu kepada teman-temanku. Entah itu dalam suasana diskusi, menjawab pertanyaan guru, atau presentasi tugas. Aku selalu suka
saat-saat seperti itu. Karena aku akan merasa sebagai yang paling pintar dan
menguasai materi itu. Semua mata akan tertuju padaku dan mendengarkan
penjelasanku.
Aku juga suka saat ada yang bertanya dan aku
bisa menjawab pertanyaannya. Aku merasa bangga jika bisa menjawab pertanyaan
itu dengan penjelasan yang sempurna karena aku merasa bisa mengalahkan yang
bertanya.
Ya, sosok seperti itulah aku. Aku suka saat
menjadi pusat perhatian dan bisa menjelaskan sesuatu kepada orang lain. Berasa jadi
orang pintar gitu. Hehehe.
Tapi saat melakukan “pertunjukan”, aku sudah menyiapkan
semua materi yang akan ku sampaikan. Jadi saat tampil nanti, aku bisa tampil
sempurna karena aku menguasai materi itu.
Tadi, Mr. Charming menyuruh kami untuk menjadi
guru. Mengajarkan kembali apa yang telah kami pelajari tentang tenses.
Mengajar ? Ya Ampun. Sebelumnya aku belum
pernah mengajar. Aku memang sering tampil di depan kelas, tapi itu bukan untuk
mengajar, tapi untuk menjelaskan sesuatu kepada teman-temanku. Itu sama saja bodoh.
Pada saat itu aku sudah siap dan menguasai
materi yang akan ku sampaikan. Bukan dadakan seperti ini tanpa ada persiapan
sebelumnya. Mau ngomong apa di depan nanti ? Belum lagi Mr. Charming tidak
memberikan kesempatan untuk menyiapkan materi yang akan ku jelaskan.
Bisa mati kutu nih aku kalau gini modelnya.
Parahnya lagi, aku di tunjuk sebagai orang
pertama. Resiko deh jadi President. Apa apa pasti yang di suruh pertama itu
President. Aku juga manusia biasa kakak. President itu hanya jabatan saja. Bukan
berarti aku bisa melakukan segala sesuatunya lebih baik dari yang lain ‘kan ?
Tapi ya, ku terima tanggung jawab itu. Sebagai President aku memang harus
memberikan contoh yang baik kepada anggotaku bukan ? Jadi aku menerima semua itu.
Maka majulah aku ke depan setelah melalui
perdebatan singkat dengan Mr. Charming yang di tutup oleh kalimat Mr. Charming
yang berbunyi “Yang saya tunjuk naik saja. Saya tidak ingin mendengar alasan
dari kalian.”
Saat seorang guru sudah berkata seperti, itu
merupakan sebuah peringatan bahwa hal itu harus segera dilaksanakan, karena
jika tidak maka hal yang terjadi selanjutnya merupakan sesuatu yang tidak dapat
di jangkau oleh akal dan pikiran. Apaan sih.
Aku pun mengambil spidol hitam yang di sodorkan
Mr. Charming kepadaku, lalu sambil memikirkan apa yang akan ku katakan nanti,
aku pun maju ke depan kelas.
Duh ! Mau ngomong apa nih ?!
Sumpah. Tadi tuh aku benar-benar kosong banget.
Gak tau mau ngomong apa dan mau memulainya dengan kalimat apa. Blank !!
Yang ku lakukan hanya berdiri di depan papan
tulis sambil memperhatikan wajah teman-temanku yang seakan-akan menungguku
melakukan hal yang menakjubkan. Di tambah lagi dengan tatapan tidak mengenakkan
dari Mr. Charming karena dia memperhatikanku dan juga menungguku melakukan
sesuatu. Dia berlagak seperti siswa. Dia benar-benar menempatkanku dalam posisi
yang sulit kali ini.
Hal pertama yang ku lakukan adalah menghapus
papan tulis. Kebetulan tadi papan tulisnya kotor. Setelah itu aku membagi dua
papan tulis tersebut. Aku belajar hal itu dari Kakak Chia.
Hal selanjutnya yang ku lakukan ?
Mundur selangkah demi selangkah menuju ke kursi
guru sambil tetap memikirkan apa yang akan ku katakan untuk membuka “pelajaran”
sore ini.
Lalu Mr. Charming menoleh dan mendapatiku tengah
menjauhi papan tulis. Dia mengeluarkan tatapan herannya. Aku hanya bisa nyengir
menanggapi tatapan itu.
“Aku harus ngomong apa ?”, Tanya ku setengah
putus asa.
“Pada sore hari ini saya akan mengajarkan
tentang Tenses. Begitu saja.”, kata Mr. Charming memberi contoh.
Okelah kalau begitu. It’s show time.
Maka mulailah aku menulis “FUTURE TENSE” di
papan tulis. Itulah materi yang dipercayakan Mr. Charming kepadaku untuk ku
jelaskan kembali.
And … Tadaaaa !!
Walaupun agak terbata-bata karena aku tidak
mempunyai persiapan yang cukup dan harus menghadapi hal yang dadakan seperti
ini, but over all, i’m doing great.
Setelah diawal-awal aku mengalami tekanan batin
menghadapi semua ini, tapi Alhamdulillah aku bisa menyelesaikannya dengan bagus
dan tuntas.
Yup !
Itulah pengalaman pertamaku mengajar. Spesifiknya
mengajar bahasa Inggris kepada 4 orang “siswa” di tambah satu orang “pengawas”.