Sabtu, 21 Maret 2015

First Time Teaching


Galau ? Hahaha. Udah gak zaman. Masalah yang kemarin biarlah berlalu. Mungkin sakitnya akan tetap terasa hingga beberapa waktu ke depan. Tapi Insya Allah aku bisa mengabaikan rasa sakit itu dan melakukan sesuatu yang lebih berguna di banding menangis seharian di kamar dan membuang waktu berharga yang ku miliki hanya untuk meratapi seorang pengkhianat.

Kalau kata Mr. Charming sih sekolah aja dulu yang benar. Jangan mikir yang gitu-gituan dulu.

Aku kadang heran dengan diriku sendiri. Aku lebih mendengarkan apa yang orang lain katakan dibanding apa yang orangtuaku sendiri katakan. Dasar. Remaja Labil.

Huft !!

Banyak yang berkecamuk di hati ini. Banyak yang ingin ku tuliskan. Segala kesal, amarah, sedih, dan kecewa. Ingin ku tumpahkan semua itu agar aku dapat merasa sedikit tenang. Tapi itu semua hanya akan membuatku tampak seperti gadis lemah yang melankolis. Sedikit-sedikit nangis. Sedikit-sedikit galau. Hmm. Apaan coba ? Aku gak mau kelihatan seperti itu.

Lagi pula ini semua belum berakhir. Jadi aku gak mau bersikap berlebihan terhadap situasi ini. Kalau aku bertindak berlebihan, terus pada kenyataannya semuanya baik-baik saja, kan aku jadi malu sendiri. Sudah galau dan menangis duluan tanpa mengetahui apa yang sebenarnya terjadi.

Jadi, daripada bergalau ria, aku akan bercerita tentang apa yang terjadi hari ini.

Merupakan moment bersejarah juga sih. Jadi hal ini pantas untuk di ceritakan.

Aku memang telah beberapa kali tampil di depan kelas untuk menjelaskan sesuatu kepada teman-temanku. Entah itu dalam suasana diskusi, menjawab pertanyaan guru, atau presentasi tugas. Aku selalu suka saat-saat seperti itu. Karena aku akan merasa sebagai yang paling pintar dan menguasai materi itu. Semua mata akan tertuju padaku dan mendengarkan penjelasanku.

Aku juga suka saat ada yang bertanya dan aku bisa menjawab pertanyaannya. Aku merasa bangga jika bisa menjawab pertanyaan itu dengan penjelasan yang sempurna karena aku merasa bisa mengalahkan yang bertanya.

Ya, sosok seperti itulah aku. Aku suka saat menjadi pusat perhatian dan bisa menjelaskan sesuatu kepada orang lain. Berasa jadi orang pintar gitu. Hehehe.

Tapi saat melakukan “pertunjukan”, aku sudah menyiapkan semua materi yang akan ku sampaikan. Jadi saat tampil nanti, aku bisa tampil sempurna karena aku menguasai materi itu.

Tadi, Mr. Charming menyuruh kami untuk menjadi guru. Mengajarkan kembali apa yang telah kami pelajari tentang tenses.

Mengajar ? Ya Ampun. Sebelumnya aku belum pernah mengajar. Aku memang sering tampil di depan kelas, tapi itu bukan untuk mengajar, tapi untuk menjelaskan sesuatu kepada teman-temanku. Itu sama saja bodoh.

Pada saat itu aku sudah siap dan menguasai materi yang akan ku sampaikan. Bukan dadakan seperti ini tanpa ada persiapan sebelumnya. Mau ngomong apa di depan nanti ? Belum lagi Mr. Charming tidak memberikan kesempatan untuk menyiapkan materi yang akan ku jelaskan.

Bisa mati kutu nih aku kalau gini modelnya.

Parahnya lagi, aku di tunjuk sebagai orang pertama. Resiko deh jadi President. Apa apa pasti yang di suruh pertama itu President. Aku juga manusia biasa kakak. President itu hanya jabatan saja. Bukan berarti aku bisa melakukan segala sesuatunya lebih baik dari yang lain ‘kan ? Tapi ya, ku terima tanggung jawab itu. Sebagai President aku memang harus memberikan contoh yang baik kepada anggotaku bukan ? Jadi aku menerima semua itu.

Maka majulah aku ke depan setelah melalui perdebatan singkat dengan Mr. Charming yang di tutup oleh kalimat Mr. Charming yang berbunyi “Yang saya tunjuk naik saja. Saya tidak ingin mendengar alasan dari kalian.”

Saat seorang guru sudah berkata seperti, itu merupakan sebuah peringatan bahwa hal itu harus segera dilaksanakan, karena jika tidak maka hal yang terjadi selanjutnya merupakan sesuatu yang tidak dapat di jangkau oleh akal dan pikiran. Apaan sih.

Aku pun mengambil spidol hitam yang di sodorkan Mr. Charming kepadaku, lalu sambil memikirkan apa yang akan ku katakan nanti, aku pun maju ke depan kelas.

Duh ! Mau ngomong apa nih ?!

Sumpah. Tadi tuh aku benar-benar kosong banget. Gak tau mau ngomong apa dan mau memulainya dengan kalimat apa. Blank !!

Yang ku lakukan hanya berdiri di depan papan tulis sambil memperhatikan wajah teman-temanku yang seakan-akan menungguku melakukan hal yang menakjubkan. Di tambah lagi dengan tatapan tidak mengenakkan dari Mr. Charming karena dia memperhatikanku dan juga menungguku melakukan sesuatu. Dia berlagak seperti siswa. Dia benar-benar menempatkanku dalam posisi yang sulit kali ini.

Hal pertama yang ku lakukan adalah menghapus papan tulis. Kebetulan tadi papan tulisnya kotor. Setelah itu aku membagi dua papan tulis tersebut. Aku belajar hal itu dari Kakak Chia.

Hal selanjutnya yang ku lakukan ?

Mundur selangkah demi selangkah menuju ke kursi guru sambil tetap memikirkan apa yang akan ku katakan untuk membuka “pelajaran” sore ini.

Lalu Mr. Charming menoleh dan mendapatiku tengah menjauhi papan tulis. Dia mengeluarkan tatapan herannya. Aku hanya bisa nyengir menanggapi tatapan itu.

“Aku harus ngomong apa ?”, Tanya ku setengah putus asa.

“Pada sore hari ini saya akan mengajarkan tentang Tenses. Begitu saja.”, kata Mr. Charming memberi contoh.

Okelah kalau begitu. It’s show time.

Maka mulailah aku menulis “FUTURE TENSE” di papan tulis. Itulah materi yang dipercayakan Mr. Charming kepadaku untuk ku jelaskan kembali.

And … Tadaaaa !!

Walaupun agak terbata-bata karena aku tidak mempunyai persiapan yang cukup dan harus menghadapi hal yang dadakan seperti ini, but over all, i’m doing great.

Setelah diawal-awal aku mengalami tekanan batin menghadapi semua ini, tapi Alhamdulillah aku bisa menyelesaikannya dengan bagus dan tuntas.

Yup !

Itulah pengalaman pertamaku mengajar. Spesifiknya mengajar bahasa Inggris kepada 4 orang “siswa” di tambah satu orang “pengawas”.
 
ReKerNoPis Blogger Template by Ipietoon Blogger Template