Kamis, 05 Maret 2015

Kebiasaan Baru UTS

Pulang jam dua siang kemudian harus kembali lagi ke sekolah dua jam kemudian bukanlah suatu rutinitas yang menyenangkan. Tapi mau tidak mau rutinitas itu harus ku lakukan. Siapa bilang jalan menuju sukses mulu-mulus saja seperti jalanan beraspal yang berada di kota-kota besar ? Jalan menuju kesuksesan tidak semulus itu. Malah jalan menuju kesuksesan itu memiliki lika liku yang sangat banyak, naik dan turun di sana sini, serta hambatan-hambatan yang harus di lalui. Seperti jalanan yang menuju ke desa-desa yang belum tersentuh oleh perhatian pemerintah, jalanannya masih sangat memprihatinkan.

Walaupun aku tau tentang semua itu, tapi rasa malas kadang tetap saja datang menyergap. Pulang jam dua siang, sampai di rumah jam setengah tiga, makan, ganti baju, dan seketika jarum jam sudah menunjuk ke angka tiga. Itu berarti setengah jam lagi masjid akan berbunyi pertanda telah memasuki waktu shalat ashar. Tanggung banget. Mau tidur, waktunya Cuma setengah jam. Gak tidur, ngantuknya juga minta ampun. Ya Tuhan Cobaan macam ini ?

Aku pun mengambil jalan tengah untuk keluar dari kegalauan tersebut. Aku tetap tidur tapi tidurnya Cuma 15 menit, jadi masih ada waktu 15 menit lagi untuk siap-siap shalat. Kadang yang 15 menit itu aku tambahkan menjadi 20 menit atau bahkan sampai 30 menit.

Tapi memang dasar akunya yang tukang tidur, rencana yang sudah di susun matang-matang pun harus berantakan karena gravitasi tempat tidur yang kuat di tambah lagi dengan rayuan pulau kapuk, membuat tidur ku tambah lebih nyenyak. Alhasil, aku pun bangun ketika jam menunjukkan 15 menit lagi jam 4 sore. Dan sadisnya lagi, aku hanya menatap jam dengan tatapan mengantuk sambil berkata, “Oh, sudah jam segini ? Masih ada 15 menit.” Dengan mata masih setengah terbuka dan malas-malasan aku pun pergi mengambil handuk dan langsung mandi.

Setelah semuanya selesai dan aku sudah siap, aku pun kembali menatap jam, dan …. “APA ? SUDAH JAM EMPAT ?? Oh My GOD ! Oh my GOD ! Oh My GOD ! Bapak mana. Bapak mana. Dimana. Di sini.”

Ya ampun koq malah nyanyi. Aku pun panik melihat jarum detik terus bergerak seakan-akan mengintimidasiku karena bangun terlambat. Aku pun mencari bapakku untuk mengantarku ke sekolah. Untunglah bapakku orangnya pengertian, jadi sebelum aku siap dia sudah ada duduk di ruang tamu sambil menungguku siap untuk mengantarku ke sekolah.

Nah, itu kalau ada bapak. Kalau ada bapak semuanya tampak lebih mudah.

Kalau tidak ada bapak ? Lain lagi ceritanya.

Aku akan panik dan kalang kabut mencari bagaimana cara tercepat untuk bisa sampai di sekolah. Marah-marah gak jelas dan menyeseli diri kenapa tadi malah lanjut tidur, bukannya langsung bangun supaya masalahnya tidak seribet ini. Jalan kaki membutuhkan waktu 10 menit. Itu akan membuatku semakin terlambat. Becak yang notabene merupakan angkutan umum favorite masyarakat Selayar karena di Selayar belum ada taksi merupakan pilihan alternative. Tapi becak kalau lagi di butuhkan jarang banget ada yang muncul, giliran tidak butuhkan, kayak kacang, banyak banget!

Kalau sudah begitu, aku akan berjanji pada diriku sendiri kalau aku tidak akan terlambat bangun lagi. Aku akan bangun lebih cepat agar tidak terlambat ke sekolah.

Tapi sayangnya, itu hanya sekedar janji. Besoknya begitu lagi. Begitu lagi. Dan begitu lagi. 

Kesalahan yang sama terulang terus entah untuk yang keberapa kalinya.

Walaupun pernah beberapa kali aku berhasil bangun cepat. Tapi itu hanya beberapa kali. Selebihnya gagal.

Aku pun mencari jalan lain keluar dari kegalauan itu.

Aku memutuskan untuk tidak tidur siang. Hitung-hitung diet. Tak apalah mengantuk, yang penting aku tidak terlambat datang ke sekolah. Kalau misalnya nanti aku ngantuk atau bahkan sampai ketiduran ketika sampai di sekolah, itu masalah lain.

Dan hasilnya …

Cukup memuaskan pemirsa.

Aku tidak terlambat lagi ke sekolah. Bahkan aku bisa datang lebih awal. Dengan atau tanpa adanya bapak.

Tapi, hal itu memiliki efek samping.

Karena tidak tidur siang, malamnya aku jadi lebih cepat mengantuk. Belajar pun jadi tidak efektif karena bawaannya pengen tidur terus.

Sebagai manusia biasa, aku kadang capek dengan semua kegiatan yang seperti tidak ada habisnya. Tampaknya hanya sekolahku saja di Kabupaten Kepulauan Selayar yang memiliki kegiatan seabrek. FYI, sekolahku tidak pernah sepi dalam 24 jam sehari dan 7 hari seminggu.

Iya, sampai malam pun sekolah ku masih tetap setia dengan kegiatannya. Bahkan pada hari Ahad yang merupakan hari libur sedunia, sekolahku tetap memiliki kegiatan yang harus dilakukan.

Mulai dari club-club, ekstrakulikuler, pengembangan diri, sampai olahraga. Semuanya ada di sekolahku. Complete.

Sayangnya, ini sekolah umum. Bukan sekolah berasrama.

Jadi, kita sebagai siswa yang merupakan objek utama dari semua kegiatan itu kadang merasa terbebani. Bukan karena banyaknya kegiatan. Tapi karena waktu istirahat yang dimiliki sangat sedikit. Sekolah memang sudah membagi sedemikian rupa semua kegiatan itu agar tidak ada yang bertabrakan. Hal itu sebenarnya sangat membantu.

Masalahnya, bukan hanya kegiatan milik sekolah saja yang akan kami lakukan. Kami sebagai pelajar biasa pastinya memiliki ole-ole dari guru yang harus di selesaikan pada waktunya. Syukur-syukur kalau Cuma satu guru saja yang memberikan tugas, tidak jarang setiap mata pelajaran memiliki tugasnya masing-masing dan harus dikumpulkan pada minggu yang sama.

Hal inilah yang kadang membuatku capek. Capek jasmani. Capek rohani. Kadang, saking capeknya, ingin rasanya aku menangis. Terkesan cengeng sih. Tapi itu merupakan ekspresi dari rasa capekku terhadap semuanya.

Untunglah Minggu ini merupakan minggu UTS.

Ulangan sebenarnya adalah saat yang menyenangkan sekaligus mencekam. Menyenangkan karena selama ulangan dilaksanakan, semua kegiatan sore di sekolah di tiadakan. Mencekam karena kita harus berkutat dengan setumpuk materi yang mau tidak mau harus dikuasai demi mencapai nilai KKM.

Tapi, aku bisa lebih santai sedikit di minggu ulangan. Walaupun kadang belajarnya pakai SKS (Sistem Kebut Semalam), tapi itu tak masalah. Besoknya kan di sekolah masih ada waktu untuk belajar. Kalau tidak ada waktu, banyak koq teman yang bersedia membagi jawabannya. Hehehe.

Di minggu UTS ini, masalah kegalauan tidur siangku yang ku ceritakan tadi bisa sedikit terselesaikan. Pulang sekolah jam dua, sampai di rumah jam setengah tiga, dan selesai makan jam tiga. Setelah makan kan tidak boleh langsung tidur, jadi sambil menunggu makanannya tercerna sempurna, aku pun menunggu waktu ashar yang tinggal setengah jam lagi.

Tidurnya kapan ?

Tidurnya setelah shalat ashar. Dan hebatnya lagi, aku tidak dimarahi sedikit pun karena tidur sore. 

Aku baru sadar, ternyata tidur setelah shalat ashar itu lebih nyaman. Kenapa ? Karena semua pekerjaan sudah selesai, shalat pun sudah, mau bangun jam berapa pun terserah. Kan tidak mungkin juga kalau tidur sampai maghrib. Itu mah bukan manusia lagi yang tidur, tapi kerbau.

Menyadari hal itu, maka itu pun menjadi kebiasaan baruku selama UTS ini berlangung. Tidur sehabis shalat ashar.


 
ReKerNoPis Blogger Template by Ipietoon Blogger Template