Well, berhubung udah bikin
opening season satu dan dua, dan juga udah bikin closing season satu, maka
ceritanya nanggung banget kalau gak diselesaikan. Kan kasian pembacanya kalau
cerita yang di baca ternyata tidak memiliki akhir yang jelas. Ya walaupun
sebenarnya siapa juga sih yang mau baca pengalaman anak SMA alay yang masih belajar
menghadapi kerasnya dunia luar dan masih mencari jati diri.
Pasti bentuk tulisannya gak
jauh-jauh dari kepribadian yang si penulis. Misalnya aku, tulisannya rada-rada
aneh, lebay, dan lari kesana kemari alias tidak focus.
Oke, kita lanjutkan ceritanya.
Jam sudah menunjukkan pukul 03.00
dini hari dan kami berdua masih asyik mendengarkan Mr. Charming bercerita. Sebenarnya
aku sudah was-was, duh jam segini koq aku belum tidur ya, aku harus tidur
walaupun Cuma sebentar, tapi gimana cara ngomongnya ke Mr. Charming ya kalau
aku sudah ngantuk. Aku gengsi ngomong ke Mr. Charming kalau aku sudah ngantuk,
kalau ngantuk kenapa gak tidur dari tadi coba ? Nah kan, kalau gitu ceritanya
aku berada di sisi yang salah.
Akhirnya rasa gengsi ku malam itu mengalahkan
rasa ngantukku yang sudah sangat luar biasa beratnya.
Jarum jam terus berputar tapi aku
masih belum tidur. Sukma pun belum menunjukkan tanda-tanda mengantuk dan Mr.
Charming masih bersemangat menceritakan pengalaman masa kuliahnya sambil
memperlihatkan ke kami foto-foto alay miliknya ketika dia masih belum mengenal
peradaban yang sesungguhnya.
Aku menyilangkan tanganku di atas
meja lalu kemudian menyandarkan kepalaku di atasnya. Ah, aku benar-benar sudah
tidak tahan lagi.
“Kamu mau tidur di situ ?”
Duh, mau jawab nih ?
“Ah ? Gak koq, Kak. Cuma baring-baring aja. Hehehe.”
Jawabku sekenanya sambil nyengir. Udah ngantuk
masih sempat-sempatnya nyengir. Lebih baik begitu daripada harga diriku jatuh
dan mendapat ceramah gratis dari Mr. Charming yang pastinya akan mengandung
kalimat, “Siapa suruh gak naik daritadi ? Aku kan sudah suruh kalian naik ?
Masa kalian mau tidur di situ ?”. Untunglah kalimat itu tidak keluar dari mulut
pemilik charisma luar biasa itu.
Aku sudah berada di perbatasan antara sadar dan
tidak sadar saat jam menunjukkan pukul 04.00 dini hari. Samar-samar ku dengar
suara petikan gitar akustik Uniting Love-nya IBSEC, setelah itu terdengar suara
seseorang berjalan menuju pintu dan menutup pintu.
Kemudian semuanya hening. Aku pun tertidur di
meja guru.
Benar-benar Hari yang panjang, melelahkan, tapi
menyenangkan.