Sabtu, 18 Mei 2013

Pemberontakan Yang Mengharukan


Pernah nih, satu kali.Waktu itu minggu pertama kami belajar Matematika dengan guru baru, sebenarnya sih tidak baru, dia mengajar di kelas 1 tapi tidak mengajar di kelas 3, jadi aku bilang "baru" karena dia baru saja mengajar di kelas 3.

Guru baru, tentu saja suasana baru. Jadi kami, siswa kelas 3, harus beradaptasi lagi dengan suasana baru yang di ciptakan guru ini di kelas kami yang tenang dan menyenangkan. Sayangnya, guru ini tidak terlalu menyukai suasana kelas kami yang, ya memang, kelas kami kelebihan kapasitas, tapi itulah serunya, karena kelas kami kelebihan kapasitas, jadi otomatis kelas kami tuh ribut, heboh, penuh sesak, susah di atur, dan apalah yang lain.

Coba kalian bayangkan sendiri, 32 remaja yang baru saja akan memasuki masa dewasa dan tengah berada di masa puncak kenakalannya berkumpul dalam satu ruangan yang tidak cukup besar untuk siswa sebanyak itu.

Mungkin karena hal itu, guru tersebut, sebut saja Ibu Tina, dia selalu saja marah-marah setiap masuk kelas kami. Awalnya kami pikir, dia sedang datang bulan, makanya dia marah-marah terus, eh, setelah satu bulan berlalu, dia masih saja marah-marah.

Kami tentu saja tidak akan terima begitu saja kami di marahi setiap pertemuan, akhirnya, kami pun melakukan pemberontakan. Dan yang paling semangat melakukan pemberontakan itu adalah sahabat terbaikku, Alim.

Dian merupakan orang yang paling bersemangat melakukan pemberontakan karena dia adalah siswa yang paling sering jadi korban kemarahan Ibu Tina. Gimana gak jadi korban ?? Wong dia anaknya nakal gitu. Setiap guru pasti bakalan geregetan ngeliat tingkah dia.

Hari itu merupakan hari pelaksanaan rencana kami yang telah kami atur dan susun dengan rapi di asrama. Rencananya, kami semua akan keluar kalau Ibu Tina menyuruh kami keluar supaya gak ada yang tersisa di kelas dan dia kapok mengajar di kelas kami.

Seperti hari-hari biasanya, Ibu Tina masuk ke kelas kami dengan susana hati yang kusut belum di setrika. Seperti biasa juga, hari itu kami menyambut Ibu Tina dengan wajah yang biasa-biasa saja. Tanpa Ibu Tina tau, kalau di dalam otak kami sudah ada rencana yang bisa di bilang rencana kurang ajar.

Pelajaran pun di mulai seperti biasa. Suasana kelas sunyi senyap kayak di kuburan karena emang gak ada yang berani nanya kalau Ibu Tina yang mengajar. Siswapun di landa kebosana karena belajar di kuburan, eh maksudnya suasananya kayak kuburan.

Ritual yang biasa kami lakukan kalau sedang bosan adalah ngobrol dengan teman di samping kiri-kanan depan-belakang. Maka suasana berubah 100%, kelas yang tadinya sunyi senyap kayak kuburan menjadi rame kayak pasar.

Ocehan terdengar di mana-mana. Tanduk Ibu Tina langsung keluar dan............. dia marah-marah. Kami pun diam seketika. Bukannya takut sama semburan marah-marah Ibu Tina. Tapi kami jengkel karena di marahin terus. Kami diam bukan berarti kami patuh. Kami diam tapi dalam hati kami menggerutu.

Sambil malas-malasan kami kembali mendengarkan kicauan Ibu Tina. Kayaknya rencana harus di jalankan nih. Dalam kebosanan itu, salah satu ritual lain yang pasti akan di lakukan siswa adalah tidur dalam kelas. Dan yang yang jadi mangsa Ibu Tina hari itu adalah Alim.

Dia kedapatan tidur dalam kelas. Ibu Tina menegurnya dengan bilang kayak gini,"Alim, kalau masih mau tidur, tidur saja di sini, di depan kelas.". Itu sih maksudnya teguran. Tapi entah kenapa, Alim malah menganggapnya sebagai perintah dan menjalankannya.

Itu sebenarnya merupakan bentuk protesnya Alim, karena dia paling sering di mangsa sama Ibu Tina. Tidak cukup hanya tidur di depan kelas, Alim pun mengajak sahabat terbaiknya, Laits, untuk tidur di depan kelas bersamanya.

Jelas saja Ibu Tina marah besar. Giman gak marah ? Seorang guru matematika yang terkenal pintar di kalangan para guru di permainkan dan di perlakukan bak orang bodoh oleh siswanya sendiri di hadapan 30 siswa yang lain. Pasti malu banget tuh.

Akhirnya Ibu Tina mengeluarkan senjata pamungkasnya dan paling sering di gunakannya kalau dia sudah tidak bisa mengendalikan kami.

"Yang mau saja belajar di dalam. Yang tidak mau belajar, SILAHKAN KELUAR ! Pintu terbuka lebar untuk kalian. Saya tidak akan menahan kalian. Bla...bla...bla...bla..", maaaasiiihh banyak lagi ocehan Ibu Tina hari itu.

Senjata itu lah yang kami jadikan sebagai boomerang untuk melawan kembali. Rencana yang telah di susun pun kami laksanakan. Di awali dengan Alim yang telah dendam kesumat ke Ibu Tina, di ikuti oleh Laits, dan beberapa santri putra yang lain.

Awalnya hanya beberapa saja yang keluar. Beberapa lebih memilih di dalam. Mereka yang di dalam takut mengambil resiko. Termasuk ya bikin ide itu sendiri. Hehehehe. Sebenarnya penggagas ide itu adalah santri putri, tapi kami sendiri malah adem ayem aja dalam kelas tanpa beranjak sedikitpun.

Santri yang udah ada di luar pun mengancam dan marah,"Wah, gak solid nih !! Keluar donk .. !! Keluar .. !!", kata mereka marah-marah di luar kelas.

Bahkan ada beberapa santri putra yang masuk kembali ke dalam dan menarik ke luar santri putra yang masih ada di dalam.

Alhasil, santri putra yang ada di dalam tinggal 3 batang dan santri putri yang ada di dalam utuh, 12 lobang. Hehehehe. Penghianat kelas nih. Wkwkwkwkwk ...

Dalam hati kami kurang puas sekaligus takut, kami kecewa karena rencana kami tidak berjalan dengan sempurna, tapi kami juga takut akan apa yang akan terjadi selanjutanya pada kelas kami. Kami takut nanti malah akan tambah parah, di marahi dari guru-guru yang lain.

Di luar dugaan dan di luar rencana, tiba-tiba Ibu Tina terisak. Dia menangis. Ya ..!! DIA MENANGIS. Ibu Tina menangis.

Kami kaget. Loh ? Koq ? Ada apa ini ?? Kenapa ?? Koq Ibu Tina nangis ?? Dosa dong kita .. !! Malah dia
pake ngadu lagi ke suaminya. Ya, waktu dia nangis tuh, dia sempat telpon suaminya dan mengadukan apa yang telah kami lakukan ke dia.

Gawat nih .. !! Bisa runyam nih masalahnya. Pada kondisi seperti itu, hati kecil kami tersentuh. #hati kecil #sookk .. Kami maju ke meja guru dan mencoba menenangkan Ibu Tina.

Gak tau juga kenapa. Kayaknya kelas tiga emang puncaknya nakal ya. Perasaan dulu aku gak nakal-nakal banget. Apalagi sampai berani melawan guru. Tapi, lihatlah aku hari ini. Nakalnya kebangetan sampe bikin guru nangis.

Kami berhasil membuat guru killer nangis gara-gara tingkah kami. Padahal rencana awalnya gak sampe bikin guru nangis.

Hmmm.. Pemberontakan yang kami lakukan malah menyebabkan duka.






Nb : Jangan di tiru ya kawan-kawan ....
 
ReKerNoPis Blogger Template by Ipietoon Blogger Template